istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW KOMIK FILM

The Falcon and The Winter Soldier, Hikayat Tameng Warisan Captain America

Anduril   13 Jun 2021
The Falcon and The Winter Soldier, Hikayat Tameng Warisan Captain America

The Falcon and The Winter Soldier ini ditayangkan tepat setelah serial Wanda Vision berakhir di Disney+ Hotstar. Bisa dibilang di serial ini kita kembali diajak untuk mengikuti kisah yang lebih membumi dengan suguhan action yang lebih “normal” ketimbang segala momen aneh yang terjadi di serial Wanda Vision.

Review The Falcon and The Winter Soldier

Warisan Captain America

Cerita The Falcon and the Winter Soldier masih sangat mengekor pada seri film Captain America, mengisahkan penyalahgunaan serum super soldier oleh suatu kelompok bernama Flag Smashers yang dipimpin Karli Morgenthau (Erin Kellyman).

Sam Wilson (Anthony Mackie) alias Falcon dan Bucky Barnes (Sebastian Stan) alias Winter Soldier kaget ketika mengetahui masalah itu. Mengingat, serum yang digunakan Steve Rogers hingga menjadi Captain America dan Bucky hingga menjadi Winter Soldier itu sudah lenyap.

Mereka berdua akhirnya bekerja sama untuk mencari tahu dan menghentikan aksi-aksi Flag Smashers. Kerja sama mereka tidak berjalan dengan baik karena Bucky geram dengan keputusan Sam menyerahkan tameng pemberian Steve ke pemerintah.

Karena mendapatkan tameng yang menjadi simbol Captain America, pemerintahan Amerika langsung berperan layaknya pemilik resmi tameng tersebut. Mereka lantas mendidik Captain America baru yang dibuat sesuai dengan “standar” militer Amerika. Tentunya minus serum Super Soldier yang membuat Steve Roger sangat kuat.

Agak Bertele-tele

Walaupun di atas kertas cerita The Falcon and The Winter Soldier itu seharusnya berlangsung sangat seru, ternyata pada eksekusinya cerita tersebut terasa biasa saja dan sangat bergantung dengan film Captain America. Malcolm Spellman yang berperan sebagai kreator serial ini seakan tidak bisa membuat cerita yang lebih baik.

Bahkan, episode-episode awal serial ini sangat membosankan karena alur cerita dan adegan yang bertele-tele, salah satunya ketika Sam menjalankan misi bersama Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). Misi ini terasa hanya sebagai pemanis dan sarana Marvel dalam menunjukkan kemampuan olah CGI mereka.

Kekurangan juga terasa pada eksplorasi karakter Bucky yang tanggung dan terkesan seadanya. Perkembangan karakter Bucky yang kembali menjadi manusia dengan pikiran yang sehat sangat sedikit diungkapkan.

Namun, kekurangan serial ini terselamatkan dengan isu rasial yang diangkat dan berhasil dikemas dengan baik. Secara perlahan isu yang cukup berat menjadi inti cerita setelah Sam memberikan tameng Captain America ke pemerintah

Sebuah Keputusan yang Salah

Sepanjang serial diperlihatkan bahwa Sam menyadari keputusannya tidak tepat, bahkan ia sendiri mengaku hal tersebut di depan Bucky. Namun di sisi lain, ia merasa tidak bisa melakukan banyak hal sebagai orang AS berkulit hitam. Terlebih, bila ia harus menjadi pengganti Steve sebagai Captain America yang menjadi simbol dan representasi Amerika.

Selain menjadi inti cerita, pembahasan isu rasial juga menjadi kritik terhadap berbagai kasus rasial belakangan ini, terutama di AS, di mana orang kulit hitam dipandang sebelah mata dan diperlakukan seenaknya, berbeda dengan orang-orang kulit putih.

Kritik semakin keras ketika muncul karakter bernama Isaiah Bradley, tentara kulit hitam yang menerima serum Super Soldier. Alih-alih menjadi simbol dan representasi negara seperti Captain America, ia justru dipenjara selama tiga dekade untuk menjadi sampel percobaan. Sampai akhirnya dia dinyatakan meninggal dengan memalsukan kematiannya sendiri.

Kesimpulan

Serial in seperti membangun sebuah narasi yang lebih keras menyerukan bahwa rasisme masih terjadi sampai sekarang, dan orang kulit hitam yang diperlakukan dengan rasis tidak seharusnya diam. Mereka harus bertindak dengan bijak dan tepat.

Seperti yang dilakukan Sam ketika bertekad bulat dan percaya diri untuk menjadi Captain America selanjutnya. Adegan itu menutup serial dengan isu yang berat ini dengan bahagia, seakan ingin menunjukkan bahwa warga negara AS berkulit hitam juga bisa menjadi simbol negara yang sepadan dengan ras lainnya.

Setelah menonton The Falcon and The Winter Soldier sampai habis, kamu akan berpikir akan banyak hal. Salah satunya adalah masalah rasisme dan ketidakadilan. Banyak sekali hal yang tidak adil di dunia, bahkan di Indonesia sekalipun yang terkadang masih mengangkat isu rasis, baik secara mayoritas maupun minoritas.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top