#Serunya17an, Cerita Kreator Rayakan Budaya Daerah lewat Konten TikTok

Published: 15 Aug 2024, oleh en19ma

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan momen yang menggembirakan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kemeriahan perayaan HUT RI juga terlihat setiap tahunnya di TikTok, di mana kreator dari Sabang sampai Merauke datang untuk berbagi budaya dan tradisi di sekitar mereka melalui video pendek dan siaran langsung yang kreatif.

Para kreator ini juga aktif mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut melestarikan budaya lewat gerakan yang dibagikan lewat unggahan mereka di TikTok. Menyambut HUT RI ke-79, TikTok ingin menyorot cerita dari tiga kreator Indonesia dalam perjalanannya. Mereka adalah:

Dalam acara bincang-bincang "#Serunya17an Bareng TikTok: Cerita Kreator Indonesia Rayakan Budaya Daerah Lewat Konten Kreatif di TikTok" yang telah diselenggarakan secara online per kemarin, 14 Agustus 2024, ketiga kreator TikTok tersebut berkisah mengenai upaya mereka dalam melestarikan budaya Nusantara.

Anti Panik, Tiga Brand Lokal di TikTok ini Bisa Membuat Tenang Para Ortu

Kiki Nasution (@sabda.bumi)

Kiki Nasution merupakan seorang pembuat film, fotografer, sekaligus kreator TikTok yang gemar berpetualang, menjelajahi keindahan alam Indonesia dan mengunjungi komunitas-komunitas adat di pedalaman yang jauh dari kehidupan perkotaan. Dalam petualangannya, Kiki menemukan bagaimana masyarakat setempat hidup sederhana, selaras dengan alam, dan menemukan kebahagiaan tanpa merusak alam. Pelajaran inilah yang ingin ia bagikan kepada khalayak yang lebih luas melalui serial Sabda Bumi.

Kembali Menelusuri Makna Keterikatan Manusia dengan Alam

Sejak awal, Kiki sudah memiliki kecintaan terhadap pelestarian lingkungan dan perubahan iklim. Menemukan bahwa komunitas adat melindungi 80% keanekaragaman hayati dunia, Kiki pun terdorong untuk mempelajari kehidupan mereka secara lebih dekat. Dalam perjalanannya, Kiki menemukan bahwa komunitas-komunitas ini hidup secara berkelanjutan dan menjaga hubungan yang sakral dengan hutan dan roh-roh leluhur.

Kiki percaya bahwa masyarakat luas bisa mengambil inspirasi dari kearifan masyarakat adat untuk melindungi lingkungan dan membangun kembali hubungan kita dengan alam. Ia pun mulai membagikan kisah perjalanannya lewat akun TikTok @sabda.bumi, di mana ia mengajak para penonton untuk menyelami cerita kehidupan masyarakat adat yang menjaga hubungan baik dengan alam di sekitar mereka.

Menariknya, selain memperkenalkan budaya dari masyarakat yang ia kunjungi, konten-konten Kiki juga memacu diskusi positif antara para penontonnya di kolom komentar. Kiki menjelaskan, "Mereka [para penonton] merasa adanya kemiripan budaya yang aku tunjukkan di kontenku. Misalnya, ada salah satu konten yang cukup engaging, yaitu proses menuangkan tuak ke tanah. Beberapa warga Bali yang melihat konten tersebut menyampaikan bahwa tradisi itu mirip dengan tradisi mereka. Dari sini, aku melihat ada benang merah dari akar kita, termasuk cara kita menghormati alam dan sistem sosial."

Selain menyorot pelestarian lingkungan, melalui konten-konten Sabda Bumi, Kiki juga ingin menghilangkan stigma seputar ritual adat yang kerap dianggap primitif. Ia percaya bahwa tradisi-tradisi tersebut merupakan warisan leluhur yang memiliki peran penting dalam masyarakat adat yang patut dihormati. Sebagai contoh, ia pernah menceritakan alasan masyarakat Baduy Dalam dilarang memakai sepatu seumur hidup. Menurut mereka, memakai sepatu memisahkan mereka dari alam, padahal kontak langsung dengan bumi memiliki manfaat kesehatan. Sontak, video ini pun menyentuh hati banyak penonton dan mengumpulkan lebih dari 6,6 juta penayangan dan 228 ribu likes.

"Sebelum aku [berkarya] di TikTok, aku memang [berkunjung ke wilayah pedalaman] untuk keperluan motret saja. Tapi, kalau hanya foto saja, market menjadi sangat niche, karena hanya terjebak dalam sebuah fragmen visual. Ketika aku lihat TikTok, aku menemukan banyak cara lain untuk bercerita, seperti slide foto, potongan video pendek, atau voiceover. Jadi, tidak ada boundaries untuk menarasikan [cerita] dengan fitur yang sudah ada."

Bagi Kiki, TikTok telah berperan penting dalam membantunya meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan. Ia mengapresiasi sistem rekomendasi konten di TikTok yang mampu mempertemukan kontennya dengan khalayak yang tepat, yaitu orang-orang yang terinspirasi oleh kehidupan masyarakat adat yang ramah lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan komunitas Sabda Bumi di TikTok, Kiki pun memiliki visi untuk memberikan kontribusi yang lebih nyata bagi lingkungan, seperti bertemu langsung dengan para pengikut Sabda Bumi.

Kiki juga berpesan kepada masyarakat yang ingin mulai berbagi tentang budaya di TikTok untuk memperkuat alasan dan cara mereka berkonten. "Temukan rasa kalian, temukan cerita kalian. Cari tahu bagaimana kalian bercerita, mengapa dan apa yang kalian ingin ceritakan. Ketika kedua fondasi ini kuat, hanya masalah waktu dan konsistensi saja hingga karya-karya kalian dikenal luas. Yang penting adalah why dan how," pungkas Kiki.

Ayuan Prawida (@ayuanprawid)

Ayuan Prawida merupakan seorang musisi dan kreator siaran langsung di TikTok LIVE asal Pontianak, Kalimantan Barat, yang giat mempopulerkan instrumen musik tradisional khas Dayak, Sape; dengan memainkan lagu-lagu modern yang familiar di telinga generasi muda.

Dalam wawancara bersama media (14/8), Ayuan menyampaikan alasan mengapa ia memilih Sape sebagai instrumen musik utamanya, "Sape adalah alat musik tradisional Dayak, jadi aku pun ingin membantu untuk melestarikan. Perempuan sendiri jarang ada yang memainkan alat musik ini. Aku awalnya diperkenalkan oleh temanku, lalu belajar secara otodidak."

Budayamu, Identitasmu: Berawal dari Hobi, Ayuan Kini Terus Berkarya lewat Sape

Ayuan pertama kali diperkenalkan dengan Sape di tahun 2017 oleh salah satu teman kuliahnya, Ferry Irawan. Memiliki hobi di bidang musik dan dengan rasa penasaran tinggi, Ayuan pun mulai mempelajari Sape. Menurutnya, Sape cocok dimainkan di momen-momen sendu, sehingga dengan cepat membuatnya menyukai Sape. Seiring dengan kemahirannya memainkan Sape, Ayuan pun menjadi semakin percaya diri untuk tampil di depan umum, baik secara langsung maupun melalui platform digital.

Mulai aktif membuat konten di tahun 2020, Ayuan kerap muncul dengan memainkan Sape untuk mengiringi lagu-lagu yang sedang populer, serta lagu nasional dan lagu khas daerah lain. Tak lama berkonten, ia pun diajak untuk berkolaborasi oleh sesama pemain Sape dan kreator asal Kalimantan Timur, Alif Fakod. Sejak kolaborasinya dengan Alif yang memainkan lagu-lagu barat modern, Ayuan menjadi semakin giat membuat konten. Konten-konten Ayuan pun berhasil menarik perhatian komunitas TikTok, seperti saat ia memainkan Sape untuk lagu dari Mario G Klau yang kini membuahkan 3,4 juta tayangan. Akun @ayuanprawid sendiri telah diikuti oleh lebih dari 900 ribu pengguna TikTok.

Kini, Ayuan tak hanya memainkan Sape sebagai hobi, tetapi juga menemukan misinya untuk terus berkarya agar menginspirasi sesama anak muda untuk melestarikan musik tradisional. Ia pun memilih TikTok untuk membagikan karyanya, berkat respons positif yang diberikan komunitas TikTok. "Awalnya coba [TikTok] LIVE untuk iseng-iseng saja. Lalu, aku mulai mencoba membangun kepercayaan diri, karena dulu agak kurang percaya diri untuk tampil. Antusiasme dan apresiasi dari para penonton ternyata sangat positif. Aku juga bisa ngobrol secara real time bareng mereka dan bisa menjangkau [penonton] lebih luas untuk memperkenalkan alat musik yang aku mainkan. Mereka antusias dengan hal-hal berbau tradisional, yang menunjukkan rasa cinta komunitas TikTok terhadap budaya itu besar."

Selain di platform digital, peraih nominasi "TikTok LIVE Creator of The Year" di ajang TikTok Awards Indonesia 2023 ini juga semakin aktif mempopulerkan instrumen musik tradisional tersebut kepada khalayak global dengan tampil di berbagai acara yang dihadiri oleh tamu-tamu mancanegara, seperti World Water Forum 2024. Selain diundang untuk tampil di berbagai acara, popularitas Ayuan juga membawanya untuk bertemu dengan pemain Sape dan alat musik tradisional lainnya dari luar Kalimantan, bahkan dari luar negeri, seperti Bali, India, dan Malaysia.

Ni Kadek Astini (@sanggar_pradnya_swari)

Ni Kadek Astini merupakan seorang pengajar tari tradisional Bali dan kreator TikTok yang ingin berupaya untuk melestarikan tarian Bali dengan mempromosikannya di platform digital. Perempuan yang akrab disapa 'Mbok Dek' ini juga membuka sanggar tarinya, Sanggar Pradnya Swari, yang berlokasi di Jembrana, Bali untuk memberdayakan masyarakat lokal dan mendorong inklusivitas dengan membuka sekolahnya bagi anak-anak penyandang disabilitas secara gratis.

Kadek menjelaskan, "Awal mulanya, saya membuka kelas untuk memfasilitasi anak dengan disabilitas dan memberikan ruang, karena mereka juga perlu berkarya. Saya melihat ruang untuk penyandang disabilitas itu sama sekali tidak ada dan dipandang sebelah mata. Pelatihan yang ada di sanggar kami berusaha untuk mengimbangi. Jika yang normal bisa, penyandang disabilitas pun juga pasti bisa."

Menampilkan Seni Budaya Bali dengan Jujur dan Autentik dalam Konten-kontennya

Pada tahun 2018, Kadek dan sang suami mulai bergabung dengan TikTok untuk mempromosikan tarian dan budaya Bali, sebab mereka merasa bahwa konten serupa belum banyak terwakili di platform digital. Keduanya memilih TikTok karena mendengar bahwa platform ini dapat memperluas jangkauan khalayak konten mereka. Akun @sanggar_pradnya_swari yang dikelola oleh sang suami secara aktif mengunggah cuplikan- cuplikan dari kelas-kelas di sanggar tari Kadek tanpa naskah ataupun pengeditan yang berlebihan. Kadek beserta sang suami ingin memastikan makna tarian Bali yang tampil dalam konten tetap jujur dan autentik.

Menggunakan ciri khas yang sama, akun sanggarnya pun berhasil membuat sekolah tari ini semakin dikenal, hingga mendatangkan murid-murid dari mancanegara. "Nah, kebetulan setelah upload video pendek di TikTok, jangkauannya menjadi sangat luas. Bahkan, banyak sekali warga lokal dari luar Bali dan mancanegara yang ingin tahu tentang budaya kita [Bali]. [Penonton] Dari luar negeri pun bisa melihat apa yang kita ajarkan, apa yang kita sampaikan, sehingga mereka jadi ingin tahu," jelas Kadek.

Berkat popoularitas di TikTok, jumlah siswa di sanggar milik Kadek pun meningkat. Selain itu, Kadek untuk pertama kalinya menerima permintaan untuk memberikan pelatihan privat secara online untuk murid-murid di luar Bali, seperti Jerman, Australia, Malaysia, Jakarta, Surabaya, Kalimantan, dan Sulawesi.

Tak berhenti sampai di situ, para wisatawan mancanegara pun kerap menghubungi Kadek untuk mengunjungi sanggarnya, mulai dari wisatawan dari Italia, Rusia, Polandia, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, hingga India. "Banyak sekali orang dari luar negeri yang sengaja datang ke Bali untuk mencari sanggar kami. Padahal tempatnya lumayan jauh, yaitu di Bali Barat. Mereka rela menempuh perjalanan 4-5 jam ke lokasi sanggar kami," jelas Kadek.

Atas pengabdiannya untuk memberdayakan masyarakat lokal dan para penyandang disabilitas, Kementerian Sosial Republik Indonesia memberikan sertifikat penghargaan kepada Kadek di tahun 2022 lalu, bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Popularitas sanggarnya di TikTok juga membawa Kadek untuk diundang oleh beberapa stasiun TV yang mengapresiasi pengabdian sanggarnya. Salah satu desainer kondang dan selebritas, Ivan Gunawan, bahkan meminta Kadek dan murid-muridnya untuk tampil di salah satu acara penyambutan peserta kontes kecantikan internasional yang digelar di Bali tahun 2022 lalu.

Tags

Review Event kemerdekaan indonesia ulang tahun tiktok kreativitas Kebudayaan tradisional konten konten video live streaming streaming talk pelestarian aktivitas

Share Artikel