istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
NEWS

Sempat Satroni Smartphone, Game DreadOut Kini Diangkat ke Layar Lebar

en19ma   14 Jul 2018
Sempat Satroni Smartphone, Game DreadOut Kini Diangkat ke Layar Lebar

Perkembangan industri kreatif terus meningkat di Indonesia pada setiap tahunnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari laporan data Badan Pusat Statistik, bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2015 berada di angka 852 Triliun rupiah, kemudian menjadi 922,6 Trilliun rupiah di tahun 2016, dan diperkirakan telah mencapai 1000 Triliun rupiah pada tahun 2017 yang lalu (sumber data: Badan Ekonomi Kreatif). Dua di antara banyak sub-sektor industri kreatif yang pada saat ini tengah menggeliat di antaranya adalah industri game dan film. Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya karya-karya anak bangsa dalam industri game mau pun film yang berhasil meraih sukses di pasar lokal sekaligus mampu menembus pasar internasional.

Pada tanggal 14 Juli 2018 ini, dalam salah satu acara pameran game terbesar di Indonesia; BEKRAF Game Prime 2018 yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) di Balai Kartini, telah diumumkan bahwa, untuk pertama kalinya dalam sejarah industri kreatif Indonesia, DreadOut yang merupakan sebuah game asli buatan developer lokal bernama Digital Happiness akan diangkat ke layar lebar. Selaku pemilik Kekayaan Intelektual/Intelektual Property (IP) DreadOut, Digital Happiness mempercayakan kepada rumah produksi lokal GoodHouse.id untuk memproduksi film DreadOut yang diproduseri oleh Kimo Stamboel, Wida Handoyo, dan Edwin Nazir. Selain sebagai produser, Kimo Stamboel juga berperan sebagai penulis skenario sekaligus sutradara bagi film tersebut.


Edwin Nazir (Produser); Rachmad Imron (Founder Digital Happiness); Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia); Kimo Stamboel (Sutradara, Penulis, dan Produser); Winda Handoyo (Produser)

Sebagai Kepala BEKRAF, Triawan Munaf menyatakan dukungannya terhadap project ini dengan mengatakan, “Saya sangat gembira dan mendukung adanya kerjasama yang terjalin antara Digital Happiness dan GoodHouse.id, karena kolaborasi mereka ini akan menjadi tonggak sejarah dalam industri kreatif di Indonesia, dimana untuk pertama kalinya, industri game dan film bersatu. Diharapkan, kolaborasi mereka dapat memberikan contoh bagi para pelaku industri kreatif di Indonesia untuk semakin kreatif [dalam] bekerjasama antar sub-sektor, sehingga peningkatan PDB [Produk Domestik Bruto] ekonomi kreatif di Indonesia semakin cepat pertumbuhannya.”

GoodHouse.id sendiri adalah sebuah rumah produksi yang didirikan pada tahun 2017 lalu oleh Kimo Stamboel, Wida Handoyo, dan Edwin Nazir. Dengan pengalaman masing-masing di industri film, mereka bertiga kini untuk pertama kalinya berkolaborasi untuk memproduksi film DreadOut.


Teaser Poster DreadOut the Movie

DreadOut sendiri merupakan game bergenre survival horror buatan PT. Digital Semantika Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Digital Happiness, sebuah perusahaan game developer dan game publisher yang berdiri pada tahun 2013 lalu dan berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Game DreadOut tidak hanya sukses di Indonesia, tapi juga negara lainnya, seperti Jepang, Amerika, Australia, Malaysia, Singapura, dan masih banyak negara lainnya. Saat ini, DreadOut memiliki tiga seri, yang di antaranya adalah DreadOut sendiri yang diproduksi pada tahun 2014, DreadOut: Keepers Of The Dark diproduksi pada tahun 2016, dan DreadEye VR yang diproduksi pada tahun 2017.

Uniknya, sebelum menelurkan seri terakhir tadi, Digital Happiness sempat bekerjasama secara eksklusif dengan Lenovo Mobile pada tahun 2016 untuk memperkenalkan game DreadOut versi mobile. Berjalan dalam periode waktu yang kurang dari setengah tahun, game tersebut hanyalah didesain secara khusus dan cuma dapat dimainkan pada Lenovo Vibe K5 Plus, salah satu smartphone Android produksi perusahaan asal China tersebut yang dirilis pada tahun yang sama, dengan memakai VR glasses dan controller spesial berlabel TheaterMax besutan Lenovo Mobile untuk mendapatkan pengalaman gameplay yang bukan hanya lebih seru, tapi juga semakin nyata.

Tampaknya, game DreadOut versi mobile yang hanya bisa diunduh melalui situs dicoding.com dan merupakan permainan Virtual Reality (VR) tersebut pada akhirnya telah mendorong Digital Happines untuk menggarap DreadEye VR berselang setahun setelahnya. Dan, menariknya lagi, game DreadOut yang awalnya hadir di PC itu jika ditelusuri lebih jauh ke belakang merupakan game lokal pertama yang sukses di platform international crowdfunding. Bahkan, YouTuber terkenal PewDiePie juga merupakan salah satu supporter dan backer yang aktif bagi DreadOut pada kala itu. PewDiePie sendiri memiliki jumlah subscriber yang mencapai lebih dari 64 juta orang dari seluruh dunia.

Rachmad Imron yang bertindak sebagai founder dari Digital Happiness menyatakan, “Saya tertarik bekerjasama dengan GoodHouse.ID untuk mengadaptasi DreadOut menjadi sebuah film dikarenakan kesamaan visi antara GoodHouse.ID dengan Digital Happiness. DreadOut sengaja dirintis sebagai salah satu bisnis berdasarkan Kekayaan Intelektual/Intelektual Property (IP), yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah entertainment franchise dalam berbagai format, salah satunya adalah melalui media film layar lebar. Apalagi, film ini akan disutradarai oleh Kimo Stamboel dari The Mo Brothers. Saya dan partner saya, Dito, sudah lama nge-fans dengan film-filmnya Kimo. Seperti yang kita ketahui bersama, Kimo sudah banyak menyutradarai beberapa film yang sudah masuk ke kancah industri film internasional, seperti Rumah Dara, Headshot, dan Killers.”


Salah Satu Adegan dari Film Rumah Dara

Kimo Stamboel, sutradara dan penulis skenario yang sekaligus menjadi produser film ini, mengungkapkan alasan ketertarikannya untuk menyutradarai film DreadOut, “Ketika pertama kali saya mencoba memainkan game ini, seketika itu juga, saya mengetahui bahwa game ini memiliki potensi yang sangat besar untuk diangkat ke layar lebar. Sebagai penggemar film horror, saya melihat banyak sekali ruang untuk saya, mengeksplor dan mengembangkan genre ini lebih jauh. Apalagi cara mengalahkan hantu dengan menggunakan gadget handphone sangat keren sekaligus menjadikan konsep ceritanya sangat related to the audience masa kini.”

Salah satu keunikan dari game DreadOut adalah game horor ini mengangkat hantu-hantu lokal Indonesia, seperti pocong, kuntilanak, tuyul, sundel bolong, sampai dengan babi ngepet. Karena itu, keseraman dan kengerian game ini sangat terasa kuat sekaligus menegangkan sekali. Selain itu, DreadOut mengangkat kisah petualangan seorang gadis SMA bernama Linda Meilinda bersama teman-temannya, menyelamatkan diri dari serangan para hantu tersebut.

Bertindak sebagai salah satu produser film ini, Wida Handoyo mengatakan, “Suatu kebanggaan bagi saya [untuk] berkolaborasi dengan Kimo Stamboel dan Edwin Nazir di bawah bendera GoodHouse.id [dan] dipercaya oleh Digital Happiness untuk turut menjadi bagian pengembangan IP DreadOut, dengan memproduksi filmnya untuk diangkat ke layar lebar.”

“Kami dari GoodHouse.id mempersiapkan film ini dengan sangat serius. Pengembangan script-nya sendiri memakan waktu hampir 4 tahun, ditambah fase pra-produksi [selama] 6 bulan untuk memastikan bahwa semua sudah siap dan sempurna sebelum masuk ke fase produksi. Melihat besarnya komunitas penggemar film horror ditambah komunitas gamers di Indonesia, kami sangat optimis bahwa project film DreadOut memiliki potensi yang sangat besar untuk sukses di pasaran. Demi menjaga kualitas brand dari IP DreadOut, GoodHouse.id telah menyiapkan dana yang cukup besar untuk memproduksi film ini dengan bekerjasama dengan studio besar dari dalam dan luar negeri,” ungkapnya.


Suasana Booth DreadOut di BEKRAF Game Prime 2018

Edwin Nazir menambahkan, “Selama ini, kita bisa melihat telah banyak film-film adaptasi dari game yang diproduksi studio besar di Amerika mau pun Jepang, sukses di pasar Internasional, contohnya: Resident Evil, Silent Hill, Tomb Raider, Rampage, Angry Bird, dan lainnya. Inilah saatnya [bagi] sineas Indonesia [untuk] berkarya menciptakan sebuah film yang diadaptasi dari salah satu game terbaik bertaraf Internasional buatan anak bangsa.”

Begitulah, setelah sempat menyatroni smartphone sebagai permainan VR, game DreadOut akhirnya diangkat ke layar lebar. Bagaimana rasanya ketemu dengan hantu dalam game horror yang satu ini tentunya sudah cukup mengerikan apabila dimainkan dengan menggunakan teknologi VR. Nah, selanjutnya, melalui kolaborasi yang terjalin antara Digital Happiness dan GoodHouse.id ini, DreadOut tidaklah hanya akan tampil sebagai game lagi di PC mau pun smartphone kalian, tapi juga film layar lebar yang tentunya akan lebih greget untuk ditonton di bioskop-bioskop favorit kalian. Jadi tak sabar menunggu jadwal tayangnya, nih. Bagaimana dengan kalian?

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top