Film Rurouni Kenshin The Final telah rilis di Jepang pada tanggal 23 April 2021. Sementara ini, belum ada informasi resmi menyoal kapan film tersebut akan tayang di bioskop Indonesia. Meski demikian, Netflix satu langkah lebih cepat dengan menayangkan film ini di platform mereka.
Review Rurouni Kenshin The Final
Kisah Terakhir Sang Pembantai
Rurouni Kenshin The Final menceritakan tokoh utama Kenshin Himura, atau yang kita kenal sebagai Hitokiri Battousai. Sesuai dengan manganya, Battousai merupakan anjing pemerintah yang ditugaskan untuk membunuhi orang-orang penting yang dianggap mengancam kekaisaran Meiji.
Sebagian menganggap Battousai sebagai pahlawan yang membunuh musuh di era Meiji. Sebagian lainnya lagi menganggapnya sebagai penjahat yang harus dimusnahkan.
Pada era baru, Kenshin Himura memutuskan untuk tidak membunuh lagi. Dia menyadari bahwa dosa-dosa yang diperbuatnya hanyalah menimbulkan kesedihan bagi banyak orang, khususnya keluarga korban yang ditinggalkan.
Bila Kenshin pada film sebelumnya berhasil mengalahkan Shishio Makoto dan memulai hidup dalam era baru bersama Kaoru. Maka, pada film The Final, giliran masa lalunya yang kembali menghantui.
Rupanya, Kenshin bertemu dengan Enishi. Dia datang untuk membalaskan dendam atas kematian istri Battousai, yang tidak lain adalah kakak perempuannya, yaitu Tomoe.
Teman-teman dan kolega Kenshin mendapati bahwa diri mereka diserang tanpa peringatan oleh kelompok baru misterius yang hanya memikirkan satu hal: memberikan hukuman yang adil kepada orang yang menghancurkan hidup mereka, yakni Hitokiri Battousai.
The Final berpusat di sekitar tema "penghakiman manusia." Jika Dewa mungkin memilih untuk menghukum atau mengampuni dosa Kenshin ketika dia meninggal, maka berbeda dengan para korban kejahatannya. Mereka telah menghakiminya sebagai bersalah, dan datang untuk membalas dendam. Mereka ingin membuat Kenshin menderita seperti yang telah mereka alami.
Musuh yang Luar Biasa Kuat
Enishi adalah penjahat yang luar biasa dan salah satu sosok yang sangat berbeda dengan yang dihadapi oleh Kenshin sejauh ini. Tidak hanya lebih muda, lebih cepat, dan lebih kuat, tetapi dia juga lebih pintar dan lebih terlatih.
Enishi tidak peduli mengenai siapa yang membunuh Kenshin, yang terpenting, Kenshin mati pada akhirnya. Dia juga tidak memiliki ideologi yang besar dan rencana rumit untuk mengambil alih negara. Enishi hanyalah ingin Kenshin merasakan sakit yang sama seperti yang telah dia alami. Secara keseluruhan, The Final adalah adaptasi yang relatif longgar dari materi sumber. Dalam manga Rurouni Kenshin asli, arc ini membutuhkan 10 volume penuh untuk dibahas.
Mencoba memasukkan semua materi tersebut ke dalam satu film akan menjadi tugas yang rumit. Bahkan, urutan kilas balik yang diperpanjang pun dipisahkan menjadi filmnya sendiri akhir tahun ini, yaitu The Beginning.
Ya, pada bagian itu, kita akan diajak untuk mengenal Tomoe, masa lalu dari Kenshin saat masih menjadi Hitokiri Battousai, dan bagaimana dia memperoleh luka menyilang di pipinya.
Dipenuhi Bintang Berbakat
Mackenyu Arata yang berperan sebagai Enishi merupakan artis muda berbakat yang memiliki banyak pengalaman di dunia animasi, game, dan televisi. Sementara itu, Takeru Satoh yang merupakan veteran serial Kamen Rider, kembali memperlihatkan kemampuan aktingnya yang sebanding dengan para aktor Jepang veteran.
Keduanya mampu menghidupkan semua konflik, baik fisik mau pun batin. Bagaimana trauma Enishi melihat sang kakak terbunuh di hadapan matanya, tergambar jelas melalui semua dialog dan kemarahannya pada Kenshin. Sementara itu, sang Battousai sendiri, tidak bisa mengalah pada sang adik ipar, karena dia harus tetap hidup dan menjadi manusia seutuhnya.
Sebenarnya, film ini nyaris menjadi film yang membingungkan karena disajikan tanpa bagian The Begining, yang saat ini tayang di bioskop-bioskop Jepang. Untung, Keishi Ohtomo menyelipkan beberapa adegan yang memperlihatkan apa-apa yang terjadi antara Kenshin, Tomoe, dan Enishi, sehingga motif Enishi menjadi lumayan jelas.
Meski pun begitu, kami juga amat menyayangkan betapa film ini main aman dan gampang untuk urusan plot cerita. Karena Keishi Otomo membuat Jinchu versinya sendiri, tanpa adanya perlambangan dari segala dosa yang dilakukan oleh Kenshin selama menjadi Hitokiri Battousai.
Kesimpulan Akhir
Secara garis besar, Rurouni Kenshin The Final adalah sebuah film adaptasi yang memotong banyak komponen yang menjadi jiwa dari sumbernya. Tapi, sepertinya, hal ini memang tidak bisa dihindari, karena versi aslinya memang terlalu komikal bila diwujudkan pada versi live action.
Meski pun begitu, kami tetap menikmati Rurouni Kenshin The Final dan menerimanya sebagai bagian dari seri Kenshin live action yang telah bergulir dari tahun 2012 hingga sekarang. Rasanya, kami tidak sabar untuk menyaksikan Rurouni Kenshin The Beginning untuk diputar di bioskop-bioskop Indonesia mau pun layanan streaming, seperti Netflix.
Ya, kami ingin kembali menangis sesenggukan melihat kepergian Tomoe di tangan Kenshin. Sama seperti ketika kami menyaksikan Kenshin OVA Trust & Betrayal untuk pertama kalinya di tahun 1999 silam.