istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW FILM

Turning Red: Menghadapi Masalah Pubertas ala Pixar

Anduril   28 Mar 2022
Turning Red: Menghadapi Masalah Pubertas ala Pixar

Pixar selalu punya cara untuk menyampaikan hal-hal rumit pada audiancenya. Di Soul kita diajari konsep hidup dan mati yang sebenarnya cukup sulit untuk diceritakan. Sementara itu di Turning Red kita diajari konsep tumbuh dewasa. Khususnya bagi para gadis yang baru mengalami pubertas dan periode pertamanya.

Dibalut dengan budaya Asia yang cukup kental, Turning Red berusaha menjelaskan rasanya menjadi gadis muda yang hidup berusaha memenuhi ekspektasi orang tuanya atau mengejar keinginannya sendiri.

Review Turning Red

Kehidupan Mei Lee

Mei Lee adalah remaja keturunan Tionghoa yang telah menginjak usia remaja. Ia memiliki tiga sahabat yang masing-masing memiliki gayanya sendiri. Di umurnya yang cukup "dewasa" Mei mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis dan sangat memuja boyband bernama 4-Town. Sebaliknya, di mata ibunya, Mei adalah anak perempuan berbakat dengan pencapaian akademik yang sempurna.

Suatu pagi, Mei bangun sebagai panda merah yang besar. Ia berubah menjadi panda merah ketika tidak bisa mengendalikan emosinya. Untuk kembali menjadi manusia seutuhnya, Mei harus belajar mengendalikan diri hingga ritual pelepasan roh panda merah pada malam dengan bulan merah.

Walaupun kehidupan Mei bisa dibilang sederhana, tapi dia memiliki dilemma kompleks dan dekat dengan kehidupan remaja di kala pubertas. Meski tidak diungkapkan secara langsung pada babak awal cerita, kita bisa melihat jati diri Mei yang kuat namun terjebak dalam penyangkalan karena rasa hormat yang tinggi pada orang tua.

Hubungan Mei dengan ibunya merupakan konflik utama yang berusaha ditonjolkan dalam naskah Turning Red.Hubungan ibu dan anak perempuan selalu memiliki kompleksitas cinta-benci dalam film yang menarik untuk disimak. Mengingatkan kita pada film seperti Brave (2012) hingga Lady Bird (2017).

Masih Memiliki Cita Rasa Pixar

Mulai dari adegan pembuka, Mei Lee tampil sesuai ekspektasi kita dalam promotional trailer, ceria dan energetik. Kita kemudian akan diajak berkenalan dengan sahabat-sahabat dekat Mei, Priya, Ming Lee, dan Miriam.

Karakter dengan keberagaman latar belakang budaya tak hanya tampil sebagai representasi masyarakat Amerika yang majemuk, namun juga mendukung desain visual yang warna-warni. Layaknya animasi Pixar pada umumnya, setiap karakter memiliki warna tema sebagai jati diri mereka. Mempermudah penonton untuk mengingat sifat masing-masing karakter.

Sebagai animasi produksi Pixar, Turning Red masih tidak kehilangan keajaiban animasi 3D-nya yang semakin fluid. Walaupun dari sisi desain Turning Red tidak memiliki sebuah keunikan yang menunjukan kalau animasi ini dibuat oleh Pixar. Walaupun begitu efek physical jiggle yang cukup dominan, membuat setiap karakter tampak chubby dan imut. Termasuk wujud panda merah Mei yang super fluffy dan menggemaskan.

Pixar sepertinya mencoba teknik yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam mengeksekusi transisi perubahan mood karakter. Terutama pada karakter-karakter remaja yang memiliki ekspresi dramatis, nyaris dibuat serupa dengan gaya anime. Ekspresi tersebut berhasil menangkap perasaan remaja dengan segala luapan perasaan dan emosi.

Kesimpulan?

Turning Red membahas masalah kehidupan anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua asia, khususnya Tionghoa. Beberapa hal dalam film ini menampilkan realita kehidupan yang kita alami ketika kecil. Tapi ada beberapa hal yang dibuat lebih modern ketimbang kehidupan di masa lalu.

Sebagai contoh, Turning Red memiliki pesan penting yang hendak disampaikan menyinggung tabunya diskusi pubertas serta berbagai kesalahpahaman yang terjadi pada orangtua dan anaknya. Hasilnya, dibandingkan mendapatkan solusi yang lebih baik, terkadang sang anak malah mendapat makian atau bahkan hukuman.

Untuk menyampaikan pesan tersebut, kebudayaan dari keluarga Asia merupakan pilihan paling tepat sebagai media. Cocok juga untuk mendapatkan referensi legenda sebagai plot fantasi agar lebih menghibur sebagai film animasi anak.

Perpaduan antara legenda dan realita ini melahirkan Turning Red yang merupakan film animasi fantasi dengan pesan yang bermakna bagi penontonnya. Turning Red sudah bisa kamu saksikan di Disney + Hotstar.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top