istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW FILM

Raya and the Last Dragon, Putri Disney yang Berasal dari Asia Tenggara

Anduril   12 Jun 2021
Raya and the Last Dragon, Putri Disney yang Berasal dari Asia Tenggara

Setelah Moana dan Mulan, Disney kini perkenalkan satu putri baru yang bukan berasal dari Eropa maupun Amerika, yaitu Raya. Raya diperkenalkan dalam film Raya and the Last Dragon, yang tayang di bioskop dan platform streaming Disney+ Hotstar. Dalam cerita berdurasi 107 menit ini, Raya harus menemukan sosok naga legendaris untuk menyelamatkan dunia.

Review Raya and the Last Dragon

Perang Saudara di Kumandra

Film Raya and the Last Dragon bercerita tentang sebuah negeri bernama Kumandra yang tercerai berai karena perang saudara. Mereka saling berselisih satu sama lain karena sama-sama menginginkan roh naga yang kebetulan dijaga ketat oleh orang-orang dari klan Hati.

Sampai satu ketika Benja, kepala dari klan Hati mengundang semua petinggi klan dari negeri Kumandra dan mengusulkan perdamaian. Namun, terjadilah pengkhianatan. Roh naga berbentuk kristal yang dijaga ketat selama 500 tahun jatuh dan pecah menjadi 5 bagian. Masing-masing klan membawa satu pecahan roh naga.

Ketika roh naga pecah, makhluk bernama Druun muncul kembali dan mengubah orang menjadi batu. Druun hanya takut dengan air dan kepingan roh naga.

Satu-satunya yang bisa menyelamatkan negeri dari kehancuran Druun adalah bangkitnya naga terakhir yang 500 tahun lalu berhasil memusnahkan Druun dari negeri Kumandra. Raya, sebagai keturunan penjaga roh naga bertanggung jawab untuk membuat kondisi ini menjadi normal kembali.

Raya harus membangkitkan naga terakhir dan mengumpulkan semua kepingan roh naga untuk mengalahkan Druun. Namun, kebencian antar klan menjadi tantangan tersendiri bagi Raya. Jadi, sanggupkah Raya menemukan naga legendaris dan mengumpulkan tiap kepingan roh untuk mengembalikan kondisi negeri seperti semula?

Putri Rasa Indonesia

Ketika nonton film Raya and the Last Dragon, ada banyak elemen yang dirasa cukup dekat dengan Indonesia. Mulai dari senjata andalan Raya yang berupa pedang yang menyerupai keris. Lalu, warna kulit Raya yang sawo matang khas orang Indonesia.

Kemudian, lanskap pemandangan sawah-sawah yang mirip dengan Indonesia, juga kostum para prajurit yang sekilas identik dengan kostum prajurit kerajaan Indonesia di masa kerajaan Sriwijaya atau Majapahit. Tak sampai di situ, ada adegan ketika Virana, kepala klan Taring, mendongeng kepada anak-anak menggunakan boneka seperti wayang, dan ada adegan seorang wanita tengah membatik.

Semua elemen itu akhirnya bisa dimaklumi ketika Disney menyebut inspirasi dari film ini memang terinspirasi dari daratan Asia Tenggara. Jadi terjawab sudah kenapa Raya berkulit sawo matang dan menggunakan senjata layaknya keris. Teringat ketika Disney membuat Moana (2016), kala itu animasi tersebut terinspirasi dari orang-orang di dataran Oceania yang menggantungkan hidupnya dari laut.

Raya bisa dibilang adalah putri mahkota. Namun, dia tak seperti Elsa atau Rapunzel yang kehidupannya ada di sekitar istana dan pangeran. Sebab itu, tujuan dari film ini bukan seorang putri yang hidup bahagia selamanya.

Pesan Moral Pemersatu Bangsa

Film Raya and the Last Dragon punya pesan tentang persatuan dalam perbedaan. Hal itu sudah digaungkan sejak awal film ketika Benja, kepala Klan Hati, menyebut bahwa persatuan akan menghasilkan perdamaian. Semangat itu yang kemudian dibawa terus oleh film ini sampai akhir.

Bahkan di akhir film, bukan sekadar pesan persatuan yang ditonjolkan. Melainkan juga soal kepercayaan dan meyakini satu sama lain meski masing-masing berasal dari kelompok yang berbeda. Pesan keberagaman dalam persatuan dan kepercayaan yang muncul antargolongan ini sangat terbuka dan benar-benar dapat dirasakan oleh penonton.

Film ini juga menghadirkan tensi yang cukup tinggi sejak awal. Sayangnya, jalan ceritanya masih cukup klise. Masih seputar seorang putri berjiwa ksatria yang ingin mengubah keadaan dengan mengembara untuk menemukan sesuatu yang bisa mengubah kesulitan.

Setidaknya, premis seperti itu bisa kita jumpai di banyak film seperti Moana atau bahkan anime Dragon Ball. Untungnya, ada dialog-dialog lucu dan adegan seru yang mengaburkan premis klise tersebut. Akhirnya, tiap-tiap adegan berhasil mengikat penonton untuk terus menyaksikannya sampai selesai.

Visual Ciamik

Soal grafis memang sulit buat diperdebatkan, sebab Disney memang juaranya untuk membuat film animasi. Di Raya and the Last Dragon pun sama. Penonton seakan diajak masuk ke negeri Kumandra yang indah, tapi penuh pertikaian.

Soal scoring, film ini mampu meraciknya dengan sangat apik, backsound hingga soundtrack yang dilekatkan dalam film seolah menyatu dan membuat setiap adegan punya feeling yang berbeda-beda. Film ini disutradarai oleh Carlos Lopez Estrada dan Don Hall yang dulu juga menyutradarai film Moana.

Karakter Raya disuarakan oleh Kelly Mane Tran. Sisu, sang naga legendaris yang kocak diisi suaranya oleh Awkwafina. Ada juga Gemma Chan yang mengisi suara Namari dan Daniel Dae Kim yang mengisi suara karakter Benja. Semuanya berhasil mewakili suara tiap-tiap karakter dengan sesuai pors.

Kesimpulan

Raya and the Last Dragon merupakan sebuah film animasi yang layak untuk diacungi dengan dua jempol. Saat Mulan amblas di pasaran karena gagal mewakili budaya Asia khususnya Tiongkok, Raya malah dengan sangat apik menggambarkan budaya Asia Tenggara, meskipun sedikit campur-campur.

Tidak ada kritik pedas atau sumbang yang bisa kami lontarkan untuk Raya and the Last Dragon. Yang ada hanyalah saran untuk menontonnya sekarang juga, mumpung film ini masih bisa dilihat di Disney+ Hotstar.

Kini kamu hanya perlu menyiapkan snack dan minuman manis, agar kamu betah duduk di depan televisi selama 107 menit.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top