istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW FILM

Castlevania dari Netflix, Perjuangan Trevor Belmont melawan Drakula

Anduril   23 May 2021
Castlevania dari Netflix, Perjuangan Trevor Belmont melawan Drakula

Castlevania merupakan franchise game yang sangat menarik. Game ini memiliki berbagai konflik yang terbagi di beberapa rentang waktu dan zaman. Karena memiliki jalan cerita yang sangat panjang, banyak karakter yang digantikan oleh keturunannya, atau bahkan berganti posisi menjadi protagonis.

Netflix menunjuk Warren Ellis, seorang komikus Amerika yang biasa terlibat dengan proyek-proyek DC untuk membuatkan cerita berdasarkan franchise Castlevania. Hasilnya Warren Ellis mengangkat kisah Trevor Belmont yang berasal dari Castlevania III: Dracula’s Curse.

Review Castlevania

Konflik Berdarah Drakula

Kisah Castlevania dibuka dengan dibakarnya Lisa Tepes (Emily Swallow) oleh pihak gereja Wallachia, karena disangka penyihir yang menerapkan ilmu hitam. Padahal Lisa sendiri hanyalah wanita biasa yang sangat cerdas sehingga tertarik pada ilmu pengetahuan. Dalam perjalanannya mempelajari ilmu pengetahuan Lisa bertemu dengan Dracula Tepes dan jatuh cinta.

Setelah Lisa mati terbakar, Dracula (Graham McTavish) muncul di langit Wallachia, memberi waktu satu tahun pada penduduk Wallachia untuk berdamai dengan “Tuhan” mereka. Nyatanya yang dilakukan oleh pendeta mereka adalah, merayakan hari kematian Lisa sebagai hari kemenangan gereja atas kekuatan kegelapan.

Melihat hal tersebut Dracula memulai serangan besar-besaran pada Wallachia dan menjadikan kota tersebut sebagai ladang perang berdarah-darah. Banyak sekali yang menjadi korban di serangan pertama Dracula, hingga Wallachia dianggap hilang dari peta Eropa.

Tidak jauh dari Wallachia, seorang pria yang mabuk-mabukan di dalam bar. Pria itu menggunakan jubah bulu hewan dan selalu teler. Pada akhirnya pria tersebut keluar dari bar setelah puas mabuk dan baku hantam dengan pengunjung lainnya.

Pria tersebut ternyata Trevor Belmont (Richard Armitage), keturunan terakhir klan Belmont yang legendaris. Klan Belmont terkenal sebagai klan pemburu monster yang handal, sebelum ajaran gereja tersebar luas. Trevor ke Wallachia untuk melihat sendiri apa yang terjadi dengan kota tersebut, sambil mengumpulkan informasi tentang “sleeping warrior”.

Dalam perjalanannya mengumpulkan informasi, Trevor bertemu dengan para Speakers (klan Belnades) yang merupakan kelompok penyihir Wallachia. Mereka ternyata mengutus satu orang anggota mereka untuk mencari sang sleeping warrior di labirin. Sayang anggota mereka tidak pernah kembali dari misi tersebut.

Trevor yang penasaran dengan kabar sleeping warrior akhirnya menawarkan diri untuk mengambil apapun yang tersisa dari anggota Speakers yang turun ke labirin di bawah kota.

Sesampainya di labirin, Trevor menemukan kalau anggota Speakers tersebut sudah berubah menjadi batu oleh Cyclops yang menjaga labirin tersebut. Dalam pertarungan singkat, Trevor berhasil membunuh Cyclops dan melepaskan kutukan membantu pada Sypha Belnades (Alejandra Reynoso).

Mereka berdua akhirnya sepakat untuk kembali ke permukaan. Trevor ternyata dipanggil ke gereja, sementara Sypha kembali ke klannya. Dalam perdebatan sengit, Trevor difitnah oleh pihak gereja, sehingga harus meninggalkan Wallachia sebelum matahari terbit bersama-sama dengan para Speakers.

Trevor yang kesal akhirnya menyerang pihak gereja sambil menceritakan bagaimana klan Belmont dibunuh dan diasingkan oleh pihak gereja. Dan hal itu saja tidak cukup untuk menghentikan mereka dari berjuang menghadapi monster-monster dan makhluk malam, demi menjaga manusia dari kepunahan.

Akhirnya para monster kembali menyerang Wallachia dan pihak gereja tidak bisa berbuat banyak. Trevor yang dibantu Sypha berhasil mematahkan serangan tersebut walaupun terjatuh ke dalam labirin. Di labirin mereka bertemu dengan sebuah peti mati. Di dalam peti tersebut tertidur Alucard (James Callis), anak dari Lisa dan Dracula Tepes, yang sebelumnya dikalahkan sang ayah, Dracula.

Cerita yang Panjang dan Kompleks

Babak pembukaan review kali ini terlihat panjang dari biasanya, padahal babak pembukaan atau sinopsis ini merupakan singkatan dari 4 episode pertama Castlevania. Itupun dengan pengurangan di sana-sini sehingga tidak membocorkan beberapa detail yang penting.

Kisah Castlevania buah karya Warren Ellis ini tersebar menjadi empat buah chapter yang menceritakan perkembangan cerita dari berbagai sudut pandang. Bisa dibilang serial ini menceritakan kisah Castlevania III: Dracula’s Curse yang berbeda dan jauh lebih lengkap ketimbang gamenya.

Di serial ini digambarkan kalau musuh utama Trevor bukan saja Dracula, tetapi beberapa pihak sekaligus yang memiliki kepentingan dengan Dracula. Lucunya, beberapa musuh Trevor juga ada yang Vampire, tetapi mereka berseberangan dengan Dracula dan menganggap kalau Dracula merupakan orang tua yang harus dihancurkan kekuasaannya.

Konflik-konflik ini mempertajam timeline sekaligus penokohan setiap karakter di Castlevania. Hebatnya lagi, Warren Ellis juga meminjam beberapa karakter yang terhubung dengan jalan cerita Castlevania III: Dracula’s Curse. Membuat jalinan cerita yang meyakinkan sekaligus ideal.

Rasanya melihat Castlevania ini membuat kami berpikir, betapa banyaknya game yang seharusnya bisa diadaptasi menjadi film sukses disia-siakan begitu saja karena memaksakan format film secara penuh. Bukan dibagi-bagi menjadi serial TV di platform digital seperti layaknya Netflix dan kawan-kawan.

Seharusnya Castlevania ini menjadi pembelajaran bagaimana seharusnya film Final Fantasy, atau Resident Evil dibuat. Berikan mereka ruang yang banyak untuk bercerita, niscaya kamu akan paham mengapa sebuah game sangat menarik untuk dimainkan dari sisi cerita.*-+

Perkembangan Karakter yang Sangat Baik

Kalau kamu memainkan Castlevania, pasti kamu sudah tau dengan riwayat hidup klan Belmont, terutama Trevor yang menjadi karakter utama animasi ini. Sementara itu penambahan Sypha Belnades dan Alucard di awal season menjadikan sebuah penanda tentang timeline serial animasi Castlevania.

Yang mengejutkan di sini, Warren Ellis juga menambahkan Hector dan Isaac sebagai sang Forge Master yang membantu Dracula menghancurkan Wallachia. Kemudian sebagai pelengkap, Saint Germain ikut muncul dan membantu Trevor dan kawan-kawan dalam mengalahkan Dracula dan mencapai tujuan pribadinya.

Semua karakter tersebut berkembang dengan emosi dan wataknya masing-masing. Sebagai contoh, pada beberapa kesempatan kita bisa menyaksikan bagaimana Sypha dan Alucard yang mulai terbiasa dengan kehadiran Trevor, ikut berkata kasar ketika sesuatu yang buruk menghadang mereka. Padahal sebelumnya mereka terbiasa dengan kalimat tinggi yang terkesan cerdas dan nobel.

Perubahan karakter lainnya yang terasa bagus datang dari Isaac dan Hector yang sama-sama menemukan tujuan hidup mereka ketika terlepas dari pekerjaan mereka sebagai antek Dracula.

Setiap karakter disuarakan dengan sangat baik oleh masing-masing aktor. Kita jadi bisa merasakan emosi yang menjadi kunci perkembangan karakter mereka. Seperti misalnya betapa bajingannya Trevor Belmont sebelum dia bertemu Sypha, dan bagaimana dinginnya Alucard dari setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.

Pada intinya menyaksikan Castlevania edisi Netflix ini seperti melihat kotak makan yang dilengkapi dengan kudapan dan berbagai makanan sehingga disukai semua orang. Akan ada sesuatu yang menarik untuk setiap orang untuk diangkat atau dibicarakan.

Penuh Action dan Gore

Castlevania menggunakan materi yang sama dengan game yang menjadi bahan adaptasinya. Kamu bakal menemukan Trevor Belmont yang menggunakan cambuk alkimia, Sypha yang menyerang dengan kekuatan sihirnya, dan Alucard yang mahir bertempur dengan pedang melayang.

Selain itu kamu juga bakal disuguhi kemampuan bertarung para Vampire. Seperti misalnya Striga yang bisa bertarung siang hari karena armor miliknya, dan Carmila yang ternyata sangat kuat hingga menyamai kemampuan Isaac yang dibantu oleh makhluk kegelapan selama bertarung.

Setiap episode selalu dipenuhi dengan pertumpahan darah, baik itu penting maupun tidak. Jelas akan ada banyak adegan gore yang melibatkan organ dalam manusia yang terburai ke mana-mana. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengenai kekuatan masing-masing penonton dalam menahan makanan yang ada di dalam perut mereka.

Pesan kami, jangan pernah memakan jeroan ketika menonton Castlevania. Suka tidak suka, bagian itulah yang bakal sering kalian lihat di animasi ini. Yah, Netflix memang kerap memberi lampu hijau pada hal-hal brutal atau sensual.

Kesimpulan?

Castlevania merupakan animasi adaptasi game terbaik yang pernah diberikan Netflix pada kami. Rasanya kami tidak bisa memberikan kritik buruk pada serial ini kecuali pada beberapa hal yang sebenarnya masih agak menggantung.

Ya, kamu bakal menemukan beberapa cabang cerita yang masih menggantung di sana-sini atau sengaja dibiarkan terbuka sehingga bisa dilanjutkan sewaktu-waktu.

Saat Castlevania ditutup Warren Ellis menyebutkan kalau mereka sedang mengerjakan season 5 yang kemungkinan besar mengusung karakter baru untuk sudut pandang dan perkembangan konflik yang berbeda. Mungkin hal inilah yang menyebabkan ending season 4 sangat terbuka dan bisa dilanjutkan oleh siapapun.

Secara keseluruhan, Castlevania ini bisa kami beri nilai 8/10, karena kualitasnya dan kemampuannya menjelaskan plot cerita Castlevania yang seharusnya njlimet karena Konami sendiri sebenarnya memiliki beberapa Castlevania yang ceritanya kurang konsisten dan bertentangan satu dan lainnya.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top