Jupiter's Legacy: Upaya Menyambung Tongkat Estafet Kepahlawanan

Published: 27 May 2021, oleh Anduril

Adaptasi serial Jupiter’s Legacy dari komik karya penulis Mark Millar dan illustrator Frank Quietly akhirnya tayang di Netflix. Serial ini jelas dinantikan oleh penggemar dan penyuka seri superhero, sayang adaptasinya masih jauh di bawah ekspektasi dengan plot yang datar dan berbeda dibandingkan versi aslinya.

Review Jupiter’s Legacy

Superhero yang Menghadapi Perubahan

Serial ini fokus pada kisah Sheldon Sampson/Utopian (Josh Duhamel), sang istri Grace/Lady Liberty (Leslie Bibb), dan dua anaknya, Brandon/Paragon (Andrew Horton) dan Chloe (Elena Kampouris). Mereka bergabung dengan The Union, kumpulan pahlawan seperti Justice League, kecuali Chloe yang memilih untuk menjadi model.

Pada dasarnya mereka adalah sekelompok superhero yang bekerja dengan sebuah kode etik layaknya Batman. Siapapun dilarang untuk menghabisi penjahat super yang mereka hadapi. Sayang hal ini dilanggar Brandon yang terpaksa membunuh Blackstar atau semua orang akan mati.

Hal ini membangkitkan sebuah opini baru yang mempertanyakan kode etik yang sudah eksis sejak dulu. “Kenapa para penjahat super boleh membunuh, sementara para hero tidak?”. Sebagian besar superhero muda akhirnya mulai mempertanyakan pentingnya kode etik tersebut.

Tak hanya itu, masalah lain muncul setelah diketahui bahwa Blackstar yang terbunuh adalah sebuah kloning. Ketika mencari fakta tentang siapa yang menciptakan kloningan tersebut, ternyata ada villain lain yang ingin memecah belah The Union.

Dua Timeline yang Berbeda

Serial ini diceritakan dalam dua struktur waktu; di tahun 1920-an di mana Sheldon dan kelima superhero generasi pertama mendapatkan kekuatannya, dan di masa sekarang. Keduanya diceritakan beriringan di setiap episodenya, meski cerita tentang asal mula kekuatan Union terasa lebih menarik.

Pada bagian aksi, Jupiter’s Legacy malah didominasi drama di sepanjang musimnya. Hanya ada sedikit adegan pertarungan di awal, sebagian di tengah, dan episode terakhir. Sangat membosankan jika kamu ingin mencari tontonan yang mirip dengan The Falcon and the Winter Soldier.

Serial ini terasa terlalu fokus pada bagian “bagaimana superhero muda bisa mempertahankan warisan para pendahulunya, sekaligus panutan bagi kemanusiaan”. Sebuah sistem ideologi yang sayangnya dijelaskan dengan cara yang rumit dari dialog-dialog yang klise. Bahkan ada quote “With great powers comes great responsibility” yang membuat kami menyeringai sepanjang episode.

Dengan enam karakter utama dari generasi tua, ditambah hingga belasan superhero generasi baru, ada banyak subplot yang mestinya bisa dikembangkan. Sayang hal ini tidak terjadi di Jupiter’s Legacy.

Kesimpulan

Seharusnya film ini menangkap potret superhero yang lebih realistis ketimbang serial lainnya. Bagaimana ketika seorang superhero memiliki masalah pribadi yang lebih dari sekadar membasmi kejahatan, termasuk ketakutan akan kematian ketika berhadapan dengan penjahat.

Hanya saja delapan episode serial ini gagal membawa daya tarik dari cerita aslinya. Versi komiknya sendiri menawarkan cerita yang lebih mendalam mengenai konflik batin para karakternya. Termasuk tentang bagaimana superhero generasi lama harus menyesuaikan diri dengan dunia yang semakin berkembang.

Serial Jupiter’s Legacy menghadirkan adaptasi tanpa kedalaman narasi dan cenderung membosankan. Rasanya season pertama ini lebih cocok disebut sebagai pembukaan untuk season kedua, ketimbang sebagai sebuah plot yang berdiri sendiri.

Tags

android ios Review Jupiter's Legacy netflix adaptasi adaptasi live action adaptation komik superhero Mark Millar Frank Quietly series serial film aplikasi mobile aplikasi platform

Share Artikel