Serangan COVID-19 telah menjadi mimpi buruk yang tak terduga untuk bisnis di seluruh dunia, tidak terkecuali untuk Apple yang punya produk andalan iPhone. Menurut laporan terbaru dari Goldman Sach memperkirakan bahwa penjualan iPhone menurun hingga 36% YoY pada kuartal kedua 2020.
Apple sendiri menunda laporan terbarunya terkait dengan jumlah iPhone yang berhasil dijual. Tak sedikit yang memperkirakan bahwa angkanya mulai mengalami penurunan. Sebagai gantinya, Apple hanya akan berbagi informasi mengenai pendapatan yang dihasilkan setiap kuartal.
Lagi pula, data pendapatan sudah lebih dari cukup bagi analis untuk membayangkan jumlah unit yang terjual. Tujuh analis dalam survei Bloomberg memperkirakan perusahaan yang berbasis di Cupertino itu hanya menjual 28 juta iPhone di kuartal kedua yang sedang berjalan.
Sementara kelompok tiga analis lainnya memperkirakan adanya penurunan lebih dari 27% dalam jumlah iPhone yang terjual pada periode yang sama. Selain itu, harga jual rata-rata iPhone akan terus menjadi kelemahan Apple. Angka penjualan hanya akan pulih pada kuartal terakhir tahun ini dengan penurunan 2% dibandingkan tahun lalu pada saat yang sama.
Di tengah-tengah permasalahan ini, Apple mengumumkan kehadiran smartphone baru yang dijual dengan harga lebih terjangkau, dan itu adalah iPhone SE 2020. Smartphone ini dijual mulai dari harga US$ 399 untuk versi 64 GB dan naik ke US$ 549 untuk varian paling atas (256 GB). Sementara, model menengah (128 GB) dijual seharga US$ 449.
Kehadiran iPhone SE 2020 juga membuat Apple harus mengambil keputusan, akan menghentikan penjualan iPhone 8 di Amerika Serikat. Apple saat ini hanya menjual iPhone 8 Plus, iPhone Xr, iPhone 11, iPhone 11 Pro, iPhone 11 Pro Max dan tentunya yang baru adalah iPhone SE 2020.