istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
NEWS

Penggiat UKM Optimistis dengan Potensi Ekonomi Digital

en19ma   19 Sep 2018
Penggiat UKM Optimistis dengan Potensi Ekonomi Digital

Dunia bisnis di Indonesia sangat optimistis terhadap manfaat teknologi digital meskipun adopsi perangkat digital utama di negara ini masih tertinggal di Asia Tenggara, menurut penelitian terbaru mengenai integrasi digital ASEAN. Penelitian yang dilakukan oleh Bain & Company, bekerja sama dengan Google, Sea, dan Tan Sri Rebecca, bertajuk Menuju Integrasi Digital ASEAN (Advancing towards ASEAN Digital Integration), menyurvei lebih dari 2.300 usaha kecil dan menengah (UKM) di seluruh 10 negara anggota ASEAN.

Sebanyak 87 persen UKM Indonesia yang disurvei menganggap ekonomi digital sebagai peluang, dibandingkan dengan 75 persen rata-rata UKM di seluruh ASEAN. Namun, potensi digital Indonesia masih relatif belum tergali. Penjualan e-commerce di Indonesia hanya menyumbang 2 persen dari total penjualan ritel pada 2017 lalu. Volume ini relatif rendah dibandingkan dengan 12 persen di AS dan 20 persen di Tiongkok.

Laporan yang dipresentasikan dalam Peluncuran Laporan: Memberdayakan UKM melalui Integrasi Digital (Report Launch: Empowering SMEs through Digital Integration) yang diselenggarakan bersama CSIS dan Sea di Jakarta per kemarin, tanggal 18 September 2018, menyimpulkan bahwa pemanfaatan kekuatan kolektif ekonomi digital di kawasan dapat mempercepat perdagangan dan pertumbuhan intra-regional (integrasi digital), serta mendorong peningkatan PDB senilai US$1 triliun di ASEAN pada 2025.

Laporan ini juga menunjukkan peran penting UKM dalam memperluas integrasi digital di seluruh ASEAN. UKM mempekerjakan lebih dari 80 persen tenaga kerja dan berkontribusi terhadap lebih dari 50 persen PDB ASEAN. Namun secara rata-rata, UKM hanya berkontribusi 20 persen dari nilai ekspor negara mereka. Walau sebagian besar UKM di wilayah ini melihat integrasi digital sebagai peluang, hanya 16 persen yang menggunakan perangkat digital secara maksimal.

"Perekonomian digital ASEAN saat ini masih tertinggal, tetapi ada potensi pertumbuhan yang besar," kata Florian Hoppe, mitra Bain & Company di Asia Tenggara dan co-author laporan tersebut. "Temuan dari penelitian kami menunjukkan terdapat keuntungan yang signifikan jika negara-negara ASEAN dapat bersatu dan tumbuh sebagai ekonomi digital kawasan tunggal, daripada beroperasi secara terpisah."

Penelitian menunjukkan bahwa UKM di seluruh sektor mendapatkan manfaat langsung dan berkelanjutan ketika berintegrasi dengan ekonomi digital. UKM ritel yang menggunakan kanal e-commerce mengalami peningkatan penjualan rata-rata 15 persen, sementara UKM logistik yang menggunakan perangkat digital meningkatkan produktivitas rata-rata 10 hingga 20 persen. UKM dalam industri pertanian yang menggunakan aplikasi pertanian mengalami peningkatan 5 hingga 15 persen dalam hasil panen. Sedangkan UKM yang mengadopsi alat digital, lebih dari 95 persen berpartisipasi dalam ekspor – hal ini menunjukkan bagaimana integrasi digital dapat membantu UKM memperluas jangkauan mereka di luar pasar lokal.

"Penelitian ini menunjukkan peran kunci yang dapat dimainkan e-commerce dalam mewujudkan ekonomi yang lebih inklusif di Indonesia - apakah dengan memberdayakan UKM pedesaan untuk memperluas jangkauan mereka, atau membantu pengusaha perempuan meningkatkan pendapatan dan mata pencaharian mereka," kata Santitarn Sathirathai, Ekonom Kepala Grup Sea. "Kami melihat momentum besar dalam e-commerce sebagaimana UKM memasuki pasar baru yang berkembang pesat secara online. Ke depan, penting untuk terus meningkatkan adopsi teknologi digital oleh UKM untuk memastikan pengusaha muda dan usaha kecil memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk sukses."

Laporan ini mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi UKM menuju integrasi digital:

  • Lebih dari 50 persen UKM yang disurvei mengidentifikasi hambatan non-tarif dan logistik yang buruk sebagai tantangan untuk terlibat dalam perdagangan fisik lintas batas, sementara UKM digital semakin khawatir dengan hambatan perdagangan digital seperti lokalisasi data.
  • Ketiadaan pilihan pembayaran lintas batas yang mulus menghadirkan tantangan lain, membuat perdagangan lintas batas logistik menumpuk.
  • UKM seringkali kekurangan pengetahuan dan pemahaman tentang teknologi digital; lebih dari 40 persen dari mereka yang disurvei melihat kesenjangan dalam keterampilan digital tenaga kerja.

Walau rintangan ini menimbulkan hambatan bagi integrasi digital, negara-negara ASEAN dapat bekerja sama untuk mempercepat kemajuan digital pada 2025 yang berpotensi meningkatkan perekonomian kawasan. Pembuat kebijakan ASEAN dapat memfokuskan upaya mereka di beberapa bidang utama:

  1. Melanjutkan upaya untuk memfasilitasi perdagangan tanpa batas. Teruskan upaya menghilangkan hambatan non-tarif dan fokus pada implementasi perjanjian transportasi yang ada.
  2. Melindungi data sambil mendukung perdagangan dan inovasi digital. Selaraskan kebijakan domestik dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Kerangka Kerja ASEAN untuk Perlindungan Data Pribadi (ASEAN Framework for Personal Data Protection) dan kerangka kerja internasional — menjaga keseimbangan antara perlindungan dan aliran data.
  3. Memungkinkan pembayaran digital tanpa batas, baik secara domestik maupun regional. Mengembangkan ekosistem pembayaran digital dengan mengadopsi kerangka kerja yang selaras dengan standar global, yang memberikan fleksibilitas untuk integrasi lintas batas.
  4. Memperluas basis talenta digital di kawasan. Menggulirkan program upskilling digital untuk tenaga kerja di sektor yang diprioritaskan, mengembangkan roadmap keterampilan digital yang relevan dengan bantuan mitra sektor swasta.
  5. Menumbuhkan kewirausahaan. Teruslah menyederhanakan proses regulasi yang ada dan baru untuk UKM — terutama yang terkait dengan perintisan bisnis — serta meringankan beban regulasi digital dengan menerapkan "tes beban UKM".
  6. Mengoordinasikan kegiatan di seluruh negara anggota. Tentukan satu badan, seperti Komite Koordinator E-Commerce ASEAN (ACCEC)—memperluas mandatnya di luar e-commerce untuk mengawasi dan mengoordinasikan tercapainya semua aspek Kerangka Kerja Integrasi Digital.

General Manager, Payments, and Next Billion User Initiative Google Caesar Sengupta menyampaikan, "Di Google, kami percaya bahwa setiap UKM memiliki potensi untuk menjadi bisnis online dan global. Internet memainkan peran transformatif dalam menyebarkan inovasi dan menghubungkan bisnis ke pelanggan mereka. Kami berkomitmen untuk bekerja dengan pemerintah dan UKM di Asia Tenggara untuk mendukung pengembangan ekonomi digital kawasan."

Dengan memprioritaskan implementasi digital di bidang-bidang penting ini dan memfasilitasi pembelajaran praktik terbaik di antara negara-negara anggota, ASEAN bisa cepat maju menjadi yang terdepan dalam ekonomi digital global.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top