istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Nightmares and Daydreams: Serial Misteri Terbaru Imajinasi Joko Anwar

Aiolos   24 Jun 2024
Nightmares and Daydreams: Serial Misteri Terbaru Imajinasi Joko Anwar

Miniseri tujuh episode ciptaan paling baru dari Joko Anwar mengajak penonton menyelami imajinasi liar di dalam kepalanya.

Nama Joko Anwar rasanya sudah tak perlu diragukan dalam hal menarik perhatian para antusias perfilman Tanah Air. Sebagai filmmaker, profilnya melambung lewat karya-karyanya yang sering berlawanan arus dengan stereotype film yang ramai di industri. Melalui film-filmnya, para penonton Indonesia seolah disadarkan akan potensi dari genre-genre lain yang tidak harus selalu identik dengan template horor lokal atau cinta-cintaan dengan unsur religi.

Karena seperti halnya film-film blockbuster impor yang laku keras di bioskop Tanah Air, tentu potongan kue yang sama bukan tidak mungkin untuk dicoba oleh sineas anak bangsa yang menginginkannya. Dan nama Joko Anwar memang perlu diakui merupakan satu di antaranya.

Setelah cukup banyak bereksperimen dan mengeksplor berbagai genre melalui film-film ciptaannya, nampaknya pria kelahiran Medan ini terus memutar otak demi mempersembahkan pengalaman baru bagi mereka yang menantikan karyanya. Seperti yang kali ini dilakukannya melalui persembahan terbarunya bersama Netflix, Nightmares and Daydreams.

Misteri dalam Antologi Tujuh Episode

Apabila pengalaman baru merupakan garis bawah yang dicari kali ini, Nightmares and Daydreams membawakan ceritanya dalam format episodik dengan pendekatan secara antologi, dalam artian tiap episode memiliki cerita yang berdiri sendiri-sendiri dan dipresentasikan dari sudut pandang tokoh yang berbeda-beda. Pada dasarnya, ketujuh episode ini memiliki kesamaan melalui keberadaan bayang-bayang misteri di balik peristiwa-peristiwa ganjil yang menjadi pokok permasalahan ceritanya.

Dari satu per satu episode yang diceritakan dengan latar waktu yang berbeda, pada akhirnya dapat ditarik benang merah yang menyatukan semuanya ke dalam satu pengalaman utuh. Penyampaian cerita yang apabila boleh dikatakan, termasuk gebrakan atau hal baru untuk dilakukan dalam perfilman Tanah Air. Lebihnya lagi, perlu diketahui kalau Nightmares and Daydreams ini pada intinya merupakan sci-fi supranatural. Suatu ranah yang rasanya belum sempat dimasuki perfilman Indonesia.

Dengan format episodik, ketujuh episode yang dibawakan pun memiliki value yang berbeda dari aspek pemeran dan cerita. Bisa dimaklumi sebagaimana masing-masing episode disajikan melalui perspektif sutradara dan penulis skenario yang tidak selalu sama, dengan hasil akhir kualitas yang dapat dikatakan tidak selalu merata.

Sebagian bisa dikatakan punya potensi namun tidak diimbangi dengan eksekusi maksimal, meski tetap dengan mengapresiasi premis cerita yang diangkat di setiap episodenya mengandung isu sosial yang sebenarnya dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Akan tetapi, entah mengapa penulisan naskah dalam seri ini cenderung terasa kurang relevan atau kurang mampu untuk membuat penontonnya benar-benar masuk ke situasinya.

Build up ceritanya cenderung menarik, namun masih membutuhkan treatment ekstra dalam hal bagaimana menutup tiap ceritanya. Seolah dari arah penulisan yang diambilnya, malah bikin penonton mempertanyakan episode-episode yang terselesaikan dengan menyisakan kesan nanggung.

Cerita ini dibuka dengan seorang supir taksi bernama Panji (Ario Bayu) yang harus menitipkan ibunya (Yati Surachman) ke panti jompo setelah insiden yang nyaris mencelakai nyawa anaknya akibat dementia yang dialami sang ibu. Melalui cerita ini, penonton dihadapkan dengan dilema seorang anak yang sebenarnya enggan melakukan hal tersebut namun terpaksa oleh situasi yang menghimpit.

Akan tetapi, setup yang terdengar seperti drama keluarga tersebut pun bertransisi menjadi horor misteri dengan terungkapnya rahasia besar di balik panti jompo itu.

Ide cerita yang demikian dirasakan menarik dengan menyorot pandangan akan suatu pokok persoalan tertentu di masyarakat dan bagaimana itu menyentuh kalangan di lapisan sosial yang kerap bersinggungan dengan masalah tersebut, dan Joko Anwar selaku kreator berhasil mengaitkan topik semacam ini dengan gagasan konspirasi bergaya sci-fi horror yang ingin dibawakannya.

Ada lagi episode lain dengan latar cerita suatu pemukiman kumuh dimana Wahyu (Lukman Sardi), seorang nelayan, tiba-tiba diyakini penduduk setempatnya sebagai orang terpilih setelah memotret penampakan sesosok malaikat, yang mana kejadian semacam ini mungkin terasa familiar di benak penonton. Dan potongan-potongan kejadian tersebut secara perlahan tapi pasti, mengantarkan penonton ke inti Nightmares and Daydreams.

Sesuatu yang Misterius Mengintai Permukaan Bumi

SEGMEN INI MENGANDUNG SPOILER RINGAN.

Dengan nama Joko Anwar yang selama beberapa waktu terakhir banyak bermain di genre horor, tidak mengherankan jika serial ini awalnya juga terkesan akan mengangkat genre sama. Hingga akhirnya, selubung mengenai apa sebenarnya film ini mulai dibuka lewat berbagai promosi dan marketing yang gencar di media sosial, bahwa Nightmares and Daydreams merupakan sebuah fiksi ilmiah terlepas dari pembawaan ceritanya yang masih erat dengan elemen horor.

Di sini, Joko Anwar bermain dengan imajinasi liar dari teori “Hollow Earth” atau yang juga disebut “Bumi Berongga”, yang mana dikhayalkannya terdapat sebuah peradaban yang disebut Agartha dan dihuni oleh kelompok entitas yang tengah mencari jalannya untuk menguasai permukaan bumi, tempat tinggal manusia.

Makhluk yang dinamakan dengan Agarthan ini secara diam-diam telah menyusup dalam berbagai lapisan kehidupan sosial manusia, dan sebagiannya bahkan telah masuk ke jajaran orang-orang yang berpengaruh. Dan benar, setiap episode yang menceritakan berbagai keganjilan yang dialami masing-masing karakternya merupakan fenomena yang berkaitan dengan eksistensi makhluk-makhluk tersebut.

Meski sebagiannya ditampakkan masih dengan wujud manusia, sebagian lain Agarthan pun mempunyai bentuk creature yang menakutkan. Ada yang disajikan menggunakan practical effect seperti efek prostetik sebagai metode penyajian visualnya, dan ada juga yang memanfaatkan teknologi CGI sepenuhnya.

Sebagai tontonan sci-fi dimana kehadiran makhluk-makhluk tersebut memegang peran penting di dalamnya, agak disayangkan karena kualitas dari aspek ini belum ada di tingkatan yang cukup untuk mengangkat presentasinya lebih jauh.

Sebuah Awal dengan Potensi

Kata sempurna mungkin belumlah ditemukan dari Nightmares and Daydreams. Seperti halnya karya-karya sang sineas yang lalu, seri ini masih tidak luput dari beberapa celah keterbatasan dalam menuangkan fiksi dan imajinasi yang ada di dalam otak kreatif seorang Joko Anwar. Akan tetapi, bahkan untuk konsepnya saja, Nightmares and Daydreams sudah boleh diberikan apresiasi sebagai angin segar perfilman Tanah Air.

Terlepas dari beberapa kekurangan yang dialami dalam pengemasannya secara menyeluruh, penting dicatat kalau serial ini masih bisa memberi pengalaman menonton yang cukup enjoyable dengan premis cerita dan drama permasalahan masing-masing episodenya. Semacam terdapat dorongan untuk terus menyaksikannya hingga selesai tanpa adanya paksaan yang biasanya sering dirasakan ketika menonton sebuah series, yang biasanya terasa cukup menguras energi.

Pembawaan cerita yang selalu berbeda di tiap episode nampak me-refresh otak penontonnya dengan sudut pandang karakter yang baru dan mengundang untuk kembali disimak lebih lanjut.

Adapun segala kekurangan, baik dari segi skrip maupun efek visualnya, diharapkan dapat mengalami perbaikan yang berarti pada season selanjutnya.

Yup, seperti halnya serial Netflix biasanya, Nightmares and Daydreams ini barulah sebuah bagian pembuka atau perkenalan dari sebuah cerita berkelanjutan dalam format season, dimana teka-teki yang tertinggal besar harapannya akan dapat dijawab di season berikut dan segera beranjak pada babak baru yang menjadi intinya, sebagaimana bab pengenalan karakternya dan world-building dilakukan di season perdana ini. Juga tentu dengan porsi aksi yang lebih banyak.

Jika Nightmares and Daydreams adalah sebuah cerita yang kedengarannya cocok jadi selera kalian, maka bersiaplah karena ini baru suatu pembukaan.

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams sudah tayang di Netflix.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top