istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
NEWS

Kondisi Pandemi Dorong Adopsi Layanan Database Cloud-Native milik Alibaba Cloud

Conny   11 Sep 2020
Kondisi Pandemi Dorong Adopsi Layanan Database Cloud-Native milik Alibaba Cloud

Alibaba Cloud, tulang punggung data intelligence Alibaba, mengungkap bahwa pandemi COVID-19 telah mendorong peningkatan jumlah adopsi atas layanan database cloud-native milik perusahaan asal China tersebut. Sebelumnya, per 10 Juni 2020 lalu, mereka telah mengumumkan peluncuran Apsara, layanan database cloud-native untuk PolarDB dan AnalyticDB di Indonesia. Penyedia layanan komputasi awan global terdepan itu akan terus berkomitmen untuk menjadi mitra terpercaya bagi para pelanggan yang tengah mencari inovasi yang canggih, aman, dan hemat biaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis di masa pandemi.

Selaku Vice President of Alibaba Group dan President of the Database Products Business Unit of Alibaba Cloud Intellligence, Dr. Feifei Li mengatakan bahwa kondisi pandemi telah membuat sejumlah industri yang pada awalnya bergerak secara offline, tidak hanya terbatas di China saja namun juga di Indonesia, untuk beralih ke online. "Pandemi sangat berpengaruh dengan signifikan pada cara orang untuk menjalankan bisnis. Banyak bisnis yang melakukan akselerasi teknologi karena melihat manfaatnya di situasi pandemi pada saat ini," ujar Dr. Feifei dalam media briefing yang dilakukan secara virtual per kemarin, tanggal 10 September 2020.

Lebih lanjutnya, ia menjelaskan bahwa infrastruktur cloud dapat membantu dari segi operasional, sehingga perusahaan pun dapat memfokuskan diri pada pengembangan bisnisnya. Perusahaan yang cepat dalam melakukan peralihan ke database cloud-native, dikatakan oleh Dr. Feifei, merupakan perusahaan berbasis internet. Hal ini kemudian disusul oleh lembaga pemerintah, dan kemudian, industri tradisional serta keuangan tradisional, seperti perbankan.

Sebelumnya, pada akhir tahun 2018 dan 2019 lalu, Dr. Feifei telah melihat banyaknya perusahaan yang melakukan migrasi teknologi dan beralih menggunakan layanan komputasi awan, yang salah satunya terjadi pada sektor logistik. Kondisi pandemi yang terjadi, menurut salah satu ilmuwan terkemuka dari Association for Computing Machinery (ACM) itu, telah mengakselerasi terjadinya proses transformasi digital dan kini sudah makin memperluas jenis-jenis bisnis yang tergerak untuk mengadopsi layanan database cloud-native milik Alibaba Cloud.

Dalam presentasinya, Dr. Feifei mengungkap beberapa keuntungan yang bisa didapatkan sebuah industri ketika sudah melakukan migrasi ke database cloud-native. Setidaknya, ada empat keuntungan, yakni proses kerja yang menjadi lebih elastis dan lebih efisien dalam hal pembiayaan, sudah mendukung hybrid cloud dan multi cloud, dapat merepresentasikan multi model dari berbagai tipe data, dan sudah mengandalkan AI (Artificial Intelligence) untuk dapat berjalan sendiri dalam proses distribusi data.

Dr. Feifei pun membandingkan sistem storage tradisional dengan database cloud-native. Sistem storage tradisional, dimana resources yang ada, seperti PC, storage, dan memori, hanyalah terhubung di satu tempat saja. Database model tradisional ini memang lebih mudah untuk dikembangkan dan mudah juga untuk mengambil satu data secara instan. Namun, dalam beban kerja yang tinggi dan membutuhkan fleksibilitas, maka model seperti ini kurang cocok untuk diterapkan. Oleh karena itu, database cloud-native bisa menjadi solusi yang tepat.

Database cloud-native akan menggabungkan semua resources yang ada, baik itu PC, memori, mau pun storage dalam satu wadah. Ini merupakan mesin penyimpanan yang dapat membagikan data apa pun. Kendati begitu, perlu ada satu storage yang mengatasi semua proses. Dengan begini, beberapa tantangan yang biasanya muncul dalam database tradisional dapat dikurangi dengan mudah. Tidak hanya itu, model database cloud native juga dinilai lebih fleksibel. Alibaba bakal menggunakan sistem tersebut untuk mendeteksi berapa banyak kapasitas storage yang sudah digunakan. Nantinya, sistem itu dapat menambahkan kapasitas tanpa intervensi secara aktif dari sisi pengguna. 

Sementara, Max Maiden Dasuki, Head of Solutions Architect, Alibaba Cloud Indonesia, pada kesempatan yang sama menambahkan ia melihat makin banyaknya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, yang memilih untuk menggunakan layanan komputasi awan milik Alibaba Cloud. Untuk diketahui, salah satu di antara pengguna awal dari solusi cloud tersebut adalah Kopi Kenangan, startup lokal yang tengah bertumbuh pesat.

"Secara general, mungkin lebih banyak ke internet companies. Tapi, semakin ke sini, semakin banyak enterprise, SMB [Small and Medium-sized Business], yang juga mengadopsi Alibaba Cloud," ujar Max. "Apalagi, karena kita banyak melihat pertukaran tim [kerja], yang sebelumnya banyak [berada] di internet companies, terus pindah ke enterprise. Jadi, sharing knowledge semakin lama semakin cepat, [sehingga] enterprise pun ikut mengejar untuk mengadopsi Alibaba Cloud. Intinya, across industry, we see more demand."

Max mengungkap bahwa banyak perusahaan yang justru melakukan riset mengenai layanan komputasi awan pada saat kondisi pandemi ini. Sejumlah permintaan datang dari sektor finansial, edukasi, gaming, dan hiburan. Beberapa pengguna layanan Alibaba Cloud di antaranya adalah Investree, Dana, dan Adira dari sektor finansial; Akulaku dan MAP di sektor ritel; Bitraco di sektor otomotif; Lyto di sektor gaming; dan Akulaku di sektor e-commerce.

Meski sektor wisata dan perjalanan mendapat pukulan yang keras saat terjadinya pandemi ini, sejumlah perusahaan di sektor tersebut nyatanya kini juga menjadi para pengguna layanan komputasi awan milik Alibaba, termasuk Dwidaya Tour serta salah satu perusahaan maskapai penerbangan yang namanya masih belum dapat diungkap dengan resmi untuk saat ini. "Kami melihat semakin banyak permintaan dari berbagai macam industri karena COVID-19," jelas Max.

Sebagai tambahan, Alibaba Cloud sendiri telah memiliki dua data center di Indonesia, yang mulai beroperasi pada tahun 2018 dan 2019 lalu, serta telah mendapatkan sertifikat keamanan dan lisensi termasuk Keamanan Informasi ISO 27001 sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 4 Tahun 2016. Dan, pada tahun 2021 mendatang, Alibaba Cloud telah berencana untuk menambahkan satu pusat data lagi di Indonesia. Tak hanya itu, mereka juga mempunyai 'Program Aliansi Mitra' yang didirikan sejak awal tahun 2020 ini sebagai inisiatif dengan mitra ekosistem lokal untuk mempromosikan adopsi cloud dan penggunaan intelijen data untuk berbagai jenis bisnis dalam berbagai skala.

Untuk informasi lebih lanjut tentang kontribusi Alibaba Cloud dalam mendukung mitra lokal Indonesia, Anda dapat mengunjungi https://id.alibabacloud.com/inidforid.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top