Iron Finger

Published: 30 Sep 2016, oleh Anduril

Rasanya, platform mobile jarang sekali memiliki game-game arcade, misalnya seperti serial WarioWare di berbagai platform milik Nintendo, padahal genre arcade seperti itu sangatlah sukses di NDS dan 3DS, yang sejatinya memiliki kapabilitas tak jauh berbeda dengan smartphone. Ternyata, dugaan tersebut salah, karena JurnalApps di beberapa hari lalu "dipaksa" untuk terus menatap layar smartphone selama berjam-jam karena memainkan Iron Finger. Jujur saja, kami sendiri bingung untuk merasa senang atau malah frustasi sekali kala memainkan game ini.

Sebelum JurnalApps membahas hal-hal apa yang menyebabkan perasaan frustasi itu, ada baiknya bagi kami untuk menjelaskan dulu menyoal kelebihan dari game ini, karena Iron Finger sejatinya adalah game yang sangat apik. Game ini berisikan sekumpulan minigame layaknya serial WarioWare dari Nintendo, yang direferensikan tadi. Masing-masing minigame menghadirkan kontrol dan mekanisme yang berbeda-beda, tetapi semuanya selalu memiliki satu tujuan, yaitu mendapatkan peringkat yang setinggi-tingginya, atau peringkat S.

Tiap minigame yang terdapat di dalamnya sangatlah sederhana, dan sejatinya mudah sekali untuk dimainkan. Demi menjaga agar kalian tetap memainkannya, Iron Finger menghadirkan seabrek minigame yang seperti tak ada habisnya. Sayang, beberapa minigame tidak dijelaskan dengan baik, membuat pemain harus mencobanya sampai berkali-kali hingga kita akhirnya bisa memainkan game tersebut dengan baik. Yah, dapat dikatakan seperti kebanyakan game iseng lainnya, sih.

Iron Finger menghadirkan art style yang imut, sehingga aura game ini terasa sangat santai dan menyenangkan bagi para pemainnya. Pada intinya, kalian bisa menikmati game ini tanpa harus merasakan stress sedikit pun. Art style inilah yang menyatukan Iron Finger dan membuatnya jadi berbeda dengan WarioWare yang memiliki art style yang cendrung gelap. Tapi, omong-omong soal itu, kenapa asetnya sering dipakai secara berulang-ulang, ya? Bisa membuat kita mungkin jadi agak bosan untuk memainkannya.

Nah, setelah mengetahui apa yang membuat Iron Finger jadi menarik, kinilah saatnya bagi kita untuk berkenalan dengan sisi buruk dari sebuah game gratisan. Iron Finger ini penuh dengan iklan, dan iklan-iklan ini terkadang memiliki tombol palsu atau tak bisa dihentikan sama sekali. Kami mengetahui bahwa ini bukanlah sepenuhnya kesalahan dari developer IRONFIST Studios, sebab mereka tidak bisa memilah-milah iklan yang bakal tayang game apps mereka.

Tapi, apakah mereka tak bisa mengusahakan sesuatu agar para pemain tidak melihat iklan atas salah satu jaringan ritel di Indonesia sebanyak 5 kali dalam hitungan tiap 30 detik? Tiap kali menyelesaikan minigame, sebuah video akan muncul. Artinya, kalian akan seringkali melihat iklan ritel, yang namanya tidak perlu kami sebutkan di sini, sebanyak game yang kalian mainkan. Parahnya lagi, game-game Iron Finger adalah minigame, jadi kalian bisa saja menemukan kondisi dimana sebuah game hanya berdurasi 10 detik, sementara iklannya sepanjang dua menit.

Sebenarnya, di balik keberadaan seluruh iklan itu, Iron Finger merupakan sebuah game yang menyenangkan, tetapi kalian akan membutuhkan kesabaran yang ekstra untuk melewati seluruh cobaan berupa iklan-iklan yang terkutuk tadi. Sampai di sini, kami hanya bisa menyerahkan penilaian ke pembaca JurnalApps, apakah game ini layak main atau tidak? Pengalaman kami, sebuah smartphone hampir saja dibanting ke lantai untuk kesekiankalinya gara-gara banyaknya iklan di Iron Finger.

Yep, kami mengetahui bahwa para developer ini juga butuh uang makan, tapi caranya tidak harus begini juga, bukan?

Tags

Review android ios

Share Artikel