istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
TIPS TRIK

Inilah Tips agar Konsumen Bebas dari Tipuan Konten AI saat Belanja Online

Vent Fleur   29 Apr 2024
Inilah Tips agar Konsumen Bebas dari Tipuan Konten AI saat Belanja Online

Maraknya teknologi kecerdasan buatan, atau yang disebut dengan AI, tidak selamanya dimanfaatkan untuk hal yang positif. Ada juga yang memanfaat teknologi AI untuk hal yang negatif seperti melakukan penipuan dalam belanja daring. Kasus seperti ini biasanya menggunakan teknologi AI berupa konten visual maupun audio.

Mengutip dari Media Indonesia, Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan belum lama membagikan tips dan trik agar masyarakat Indonesia tidak mudah tertipu oleh konten rekayasa yang menggunakan AI saat berbelanja daring.

Langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat agar terhindar dari penipuan belanja daring ini adalah memperhatikan visual dengan seksama. Apabila visual produk yang ditampilkan terlihat berlebihan atau terlalu sempurna, bisa memeriksa keasliannya melalui mesin pencarian.

“Pertama kalau dari visual untuk melihat sesuatu itu asli atau dari AI, biasanya untuk yang AI hasilnya terlampau sempurna. Jadi kalau misalnya gambar bergerak dalam bentuk video, dia itu mulus tidak ada jeda, padahal kalau di kenyataan saat orang bicara kadang suka ada jeda atau diam sebentar,” ujar Firman.

Dalam perbincangan ini, ia mencontohkan salah satu kasus mengenai video AI yang menampilkan rekayasa dari pidato Presiden Joko Widodo. Kasus ini sempat heboh pada Oktober 2023 lalu, di mana Presiden Jokowi terlihat berpidato dalam bahasa Mandarin dengan fasih. Setelah diselidiki, video tersebut aslinya berasal dari posting-an YouTube The U.S. – Indonesia Society (USINDO) resmi, yang mana Presiden Jokowi sebenarnya berpidato dalam bahasa Inggris.

Firman melanjutkan, “Nah yang terlalu lancar seperti itu bisa jadi pembeda. Kasus video Pak Jokowi pakai bahasa Mandarin itu terlihat dia lancar dan tidak ada jeda. Padahal di video aslinya dia malah banyak jeda.”

Selain kasus video rekayasa pidato Presiden Jokowi, Firman turut mencontohkan iklan produk yang memanfaatkan teknologi deepfake. Dengan teknologi tersebut, pelaku akan menampilkan video testimoni yang seolah-olah berasal dari selebritas atau public figure ternama. Mereka biasanya merekayasa suara maupun visual dari para selebritas dengan AI, dan digunakan untuk mempromosikan produk.

Salah satu selebritas terkenal, Melaney Ricardo mengaku bahwa suaranya pernah direkayasa dengan menggunakan teknologi AI pada Januari 2024. Rekayasa suara miliknya dipakai untuk konten testimoni produk obat pelangsing, tanpa seizin dari Melaney. Selain Melaney, ada juga beberapa selebritas yang pernah mengalami hal serupa seperti Titi DJ, Tika Panggabean, Ivan Gunawan, dan Prilly Latuconsina pada November 2023 lalu.

Sementara untuk konten berupa visual AI, Firman menyarankan masyarakat untuk memeriksa keasliannya melalui mesin pencarian dan berbelanja di platform yang lebih terpercaya seperti marketplace dan e-commerce.

Dari segi gambar, Firman menuturkan bahwa hasil gambar produk yang terlalu indah bisa dicurigai dan dicek keasliannya dengan Google. Tidak hanya Google, masyarakat juga bisa menggunakan alat detektor konten AI yang lebih terjamin.

Kemudian dari segi platform belanja, menurutnya platform belanja yang sudah terpercaya biasanya memiliki penanggung jawab yang lebih baik. “Dengan layanan yang memang ada penanggung jawabnya memang lebih baik, sehingga apabila ada produk yang tidak sesuai atau produk tidak sampai itu bisa dikomplain dan ditanggapi. Itu menjadi keunggulan dari marketplace karena ia bergerak sesuai aturan yang berlaku dari pemerintah,” imbuh Firman.

Sebagai penutup, Firman melanjutkan bahwa jika ada masyarakat yang masih ingin berbelanja melalui media sosial, perlu sekali untuk jeli terhadap konten-konten produk yang ditawarkan, sehingga bisa membedakan mana yang penipu dan bukan. Menurutnya, ciri-ciri penjual terpercaya yang berjualan di media sosial biasanya memiliki testimoni pelanggan yang nyata dan pengikut yang banyak.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top