istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
TIPS TRIK

Ingin Dirikan Startup Hijau? Ini 5 Cara agar Dapat Dana dari Investor

NanaMiku   17 Feb 2022
Ingin Dirikan Startup Hijau? Ini 5 Cara agar Dapat Dana dari Investor

Isu perubahan iklim terus memunculkan gagasan bisnis yang terkait pelestarian lingkungan. Ditambah lagi, pemerintah kini sedang gencar mendukung program ekonomi hijau, sehingga meningkatkan kesadaran publik tentang eksistensi perusahaan hijau. Hal ini juga mendorong pertumbuhan startup hijau. Tapi apa sebenarnya startup hijau itu?

Atika Benedikta, Impact Investment Lead dari Angel Investment Network Indonesia (ANGIN), menjelaskan, startup hijau adalah usaha yang memiliki target di tiga area, yaitu people, profit, dan planet. Artinya, apa pun yang mereka lakukan, baik dalam solusi atau produk yang ditawarkan, proses bisnis, maupun rantai nilai, mencakup tiga aspek tersebut. “Jadi, sebuah startup hijau perlu punya revenue generation tapi juga tidak merusak atau bahkan memberi dampak positif terhadap lingkungan dan manusia (komunitas, anggota tim, dan stakeholder),” kata Atika.

Ia menambahkan bahwa startup hijau tidak harus selalu menekankan teknologi, tetapi harusnya pada high-growth innovation. Usaha itu bisa dijalankan secara offline atu tidak digital 100 persen, tetapi ada inovasi yang memungkinkan usahanya tumbuh dengan cepat. Walau beegitu, kerap kali teknologi menajdi bagian penting kaena merupakan faktor yang bisa meningkatkan skala usaha.

Atika menjelaskan, startup hijau tidak harus sangat inovatif sehingga mahal dari sisi teknologi. Bisa jadi solusi yang dibutuhkan tidak harus serumit itu. Ketika sebuah startup sudah berkembang dan punya sumber daya yang lebih besar, nantinya dia bisa mengadopsi teknologi yang lebih canggih. “Mulailah dulu dari teknologi yang sederhana. Perubahan proses bisnisnya bisa kecil tapi signifikan. Daripada bermimpi terlalu besar tapi tidak mulai-mulai,” kata Atika.

Hal yang sering menjadi tantangan bagi startup hijau adalah funding atau pembiayaan. Ditambah lagi, mendapatkan investor bukanlah hal yang mudah cepat. Walau begitu, startup hijau sangat penting di zaman sekarang karena kesadaran konsumen sudah terbangun. Lalu, bagaimana cara gar kalian bisa mendapatkan pembiayaan untuk menjalankan startup hijau? Berikut adalah tips-tipsnya:

1. Pahami Kebutuhan Kalian

Di dunia bisnisada beberapa macam tipe pendanaan. Atika menjelaskan bahwan ANGIN mengarahkan startup hijau untuk mendapakatan pembiayaan dari angel investor (investor individu) yang nantinya mengarah ke venture capital. Namun selain itu, ada juga tipe pendanaan lainnya seperti microfinance atau working capital load (kredit modal kerja). Karena itu, kalian harus menyesuaikan kebutuhan usaha dan tipe pendanaan yang tersedia.

“Pastikan Anda tahu benar membutuhkan modal untuk apa. Mungkin saja startup Anda lebih tepat mendapatkan dana dari kredit modal kerja, bukan dari angel investor (investor individu), karena Anda membutuhkan dana besar untuk produksi,” kata Atika.

Ia mengamati, salah satu faktor yang membuat sebuah startup tidak mendapatkan pembiayaan adalah capital mismatched. Contohnya kalian membutuhkan modal besar karena perlu membeli mesin yang sangat mahal. Namun investor yang tersedia sekarang bukan investor untuk mesin, melainkan investor yang melihat pertumbuhan teknologi digitalnya. “Bukan salah siapa-siapa, hanya berbeda kebutuhan saja. Jadi, Anda perlu mencari investor yang bisa mengubah gaya investasinya,” kata Atika.

2. Cari Tahu Investor yang Bergerak di Sektor yang Kalian Geluti

Jenis usaha yang termasuk di sektor hijau terbilang luas. Sejumlah perusahaan sudah jelas fokus pada solusi lingkungan, misalnya manajemen limbah, agrikultur berkelanjutan, dan energi terbarukan. Tapi ada juga startup yang kategorinya sebagai startup hijau, tetapi inti bisnisnya bukan pada penanganan isu lingkungan. Contohnya produk fashion yang proses pembuatannya menggunakan pewarna natural dan proses pengolahan limbahnya tidak merusak lingkungan.

“Karena tipe sektor yang berbeda, misalnya ada energi dan ada consumer good, maka Anda perlu cari tahu siapa investor yang sudah familiar di sektor tersebut,” kata Atika.

Selain itu, pahami juga tipe investornya. Kalau startup kalian menawarkan solusi jangka panjang yang membutuhkan dana besar dalam jangka panjang juga, artinya tidak cocok dengan investor yang menginginkan pertumbuhan bisnis jangka pendek dan dalam waktu cepat. “‘Appetite’ antara startup dan investor harus cocok,” kata Atika.

Edwin Tan, co-founder Evo&Co yang membuat produk kemasan dari bahan ramah lingkungan, bercerita pengalamannya yang panjang di dunia investasi, ia bisa mendapatkan investor yang punya perhatian khusus terhadap isu lingkungan, baik individu maupun korporasi. “Karena pengalaman itu, kami jadi tahu latar belakang investor. Apalagi, tugas saya di perusahaan ini memang mencari investor. Ketika perusahaan membutuhkan dana, saya yang akan mencari dana itu,” kata Edwin.

3. Pastikan Punya Tim yang Tepat

Investor akan melihat apakah anggota tim di balik startup adalah orang-orang yang tepat, termasuk pendirinya. Atika menjelaskan, “Mereka akan menggali, apakah pendiri startup ini merupakan orang yang tepat? Apakah ada expert yang mengerti soal sektor hijau? Apakah ada key people yang punya akses menuju sumber daya bahan baku? Karena usahanya bersifat hijau, maka bahan bakunya tentu akan dipilah. Apakah ada anggota tim yang punya akses ke market? Apakah tim mengerti perilaku konsumen yang percaya pada solusi hijau yang ditawarkan?”

Atika memberi saran, founder sebuah startup sebaiknya tidak satu orang. Karena, ia tidak bisa melakukan semuanya sendirian saja. Misalnya, kalian berminat untuk bergerak di pengelolaan sampah, tetapi bukan ahli di bidang tersebut. Maka perlu co-founder yang mengisi skill yang kalain tidak miliki. Jadi untuk mendirikan startup hijau, klaian tidak perlu jadi ahli di sektor hijau, tetapi bisa menjalin kemitraan dengan co-founder yang punya visi yang sama.

Para founder Evo&Co lebih banyak menguasai bidang marketing dan edukasi publik. Menurut Edwin, karena masyarakat masih tergolong awam dalam hal yang berkaitan dengna produk ramah lingkungan, maka mereka perlu mengadakan edukasi. “Di dalam perusahaan kami tidak ada co-founder yang ahli dalam bidang lingkungan, meski kami punya passion yang besar dalam isu tersebut. Karena itu, kami kemudian berkolaborasi dengan lembaga yang melakukan riset,” kata Edwin.

4. Siapkan Business Model

Menurut Atika, startup sifat yang berbeda dari UKM konvensional. Jika bicara soal startup, artinya ada ekspektasi dalam hal high growth mindset. Sementara itu, UKM cenderung lebih stabil, karena yang ditekankan adalah perputaran uang. Investor juga akan melihat seperti apa business model yang dirancang.

Ia bercerita bahwa sejumlah startup hijau masih mengandalkan hibah dalam menjalankan proyeknya. Karena sektor waste dan energi punya tipe pembeli yang berbeda dibandingkan pembeli consumer product. “Untuk pilot project, mereka membutuhkan dana besar sehingga kemudian mengandalkan hibah. Tapi, sampai kapan mau mengandalkan hibah? Kalau terus-menerus mengandalkan hibah, artinya proyek itu bukan bisnis. Karena itu, Anda perlu merancang model bisnis yang tepat tentang rencana di masa mendatang agar bisa mandiri,” katanya.

Atika menegaskan model bisnis startup hijau harus berkelanjutan dari dua sisi. Secara bisnis, akan ada repeat buying. Sementara itu, secara lestari, punya dampak positif terhadap manusia dan planet.

5. Validasi Ide

Berdasarkan pengamatan Atika, ada startup hijau yang solusinya terlalu inovatif. Akibatnya, pasar belum siap untuk menggunakannya, karena harganya jadi terlalu mahal. “Ada cara yang lebih sederhana dan tidak harus terlalu inovatif untuk sekarang ini. Jadi, perlu memanfaatkan momentum yang tepat, sehingga solusinya tervalidasi secara bisnis,” kata Atika.

Karena itu, ia menyarankan sebelum maju ke investor, pastikan kalian sudah melakukan validasi ide. Apakah benar solusi yang dihipotesiskan memang dibutuhkan oleh pasar? Bisa jadi kalian berpikir bahwa itu solusi yang tepat, tetapi kenyataannya tidak tepa bagi pengguna. Saat melakukan proses validasi ke pasar, akan terbangun knowledge tentang pasar dan masukan tentang produknya.

Untuk startup hijau, data memiliki peran penting. Misalnya, tujuan besar sebuah startup adalah mengurangi plastik. Namun dalam prosesnay malah justru menambah emisi karbon. Itu tidak ideal. Hanya saja, paling tidak tujuan besarnya tercapai, kemudian kalian perlu mencari cara untuk mengurangi emisi karbon.

“Dampak dari startup hijau seperti ini tidak terlihat di tahun depan atau dua tahun dari sekarang. Mungkin baru akan terlihat pada tahun keenam. Itulah mengapa Anda perlu punya data yang menunjukkan bahwa solusi yang Anda tawarkan bisa mengurangi emisi karbon di tahun kesekian. Nantinya startup terkait sampah akan engage dengan pemerintah dan korporasi lebih besar. Mereka pasti akan memerlukan data agar bisa percaya bahwa solusi Anda memang tepat,” kata Atika.

Edwin, yang punya latar belakang pengalaman di bidang finance, sudah terbiasa bermain dengan analisis data. Karena itu, sebelum maju ke investor, ia sudah menyiapkan berbagai data yang dibutuhkan, misalnya analisis pasar. Karena itu, mereka bisa mendapatkan investor dengan cukup mudah.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top