Google Dinyatakan Monopoli oleh AS: Semua yang Perlu Diketahui soal Gugatan Antitrust

Published: 26 Aug 2024, oleh Dwi K

Dalam sebuah putusan yang bersejarah, Google telah didenda dengan denda besar setelah kalah dalam gugatan antitrust yang diajukan oleh Departemen Kehakiman AS. Pengadilan AS telah menyatakan bahwa Google memiliki monopoli dalam sektor pencarian web dan periklanan. Putusan ini menandai momen penting dalam pengawasan yang sedang berlangsung terhadap pengaruh Big Tech dan menimbulkan pertanyaan penting tentang masa depan persaingan digital dan regulasi.

1. Google Kalah dalam Kasus Antitrust yang Bersejarah

Dalam kekalahan hukum yang besar, Google kalah dalam kasus antitrust melawan Departemen Kehakiman AS (DOJ) minggu ini. Hakim Distrik AS Amit Mehta memutuskan bahwa Google secara ilegal mempertahankan monopoli di pasar pencarian web dan periklanan.

Putusan tersebut menyoroti penggunaan strategis Google terhadap kesepakatan eksklusif dengan pembuat perangkat utama seperti Apple dan Samsung, di mana perusahaan membayar miliaran dolar untuk memastikan mesin pencarinya adalah default pada perangkat mereka. "Google adalah monopoli, dan telah bertindak sebagai monopoli untuk mempertahankan monopolinya," kata Hakim Mehta dalam keputusannya.

2. Pengungkapan Kesepakatan Miliaran Dolar Google

Selama persidangan, terungkap bahwa Google menghabiskan lebih dari $20 miliar hanya pada tahun 2021 untuk menjaga mesin pencarinya sebagai opsi default pada platform seperti Safari Apple.

Kesepakatan-kesepakatan ini, menurut pengadilan, memainkan peran penting dalam membangun monopoli Google, secara efektif menghambat persaingan. Departemen Kehakiman menekankan bahwa mesin pencari Google menangani hampir 90 persen pencarian web — angka yang disangkal Google, tetapi pengadilan menganggapnya sebagai indikasi kontrol yang luar biasa atas pasar.

3. Dampak pada Industri Teknologi dan Kekuatan Big Tech

Putusan Hakim Mehta dianggap sebagai penilaian kritis tentang bagaimana Big Tech telah memanfaatkan akarnya di internet untuk mendominasi berbagai aspek ekonomi digital, termasuk belanja, konsumsi informasi, dan pencarian online.

Keputusan tersebut menandakan potensi batasan pada kekuatan raksasa teknologi seperti Google, yang telah lama menggunakan dominasinya untuk membentuk lanskap digital. Putusan tersebut juga mengkritik Google karena menaikkan harga iklan yang ditampilkan dalam hasil pencarian, sebuah praktik yang menurut DOJ merupakan tanda jelas dari perilaku monopoli.

4. Kesaksian Microsoft Menyorot Kekhawatiran AI

Selama persidangan, CEO Microsoft, Satya Nadella, bersaksi bahwa dominasi Google di pasar pencarian telah menyebabkan terciptanya apa yang dia sebut sebagai "web Google". Nadella menyatakan kekhawatiran bahwa hubungan dekat Google dengan Apple bersifat "oligopolistik" dan memperingatkan bahwa, jika tidak dikontrol, Google berpotensi mendominasi perlombaan untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI).

Pengacara Google membela perusahaan tersebut, dengan alasan bahwa kesuksesan mereka adalah karena kualitas dan kegunaan mesin pencari mereka, dan bukan karena praktik yang tidak adil.

5. Hukuman Tidak Pasti untuk Google

Hukuman spesifik yang akan dihadapi Google sebagai akibat dari putusan tersebut belum ditentukan. Sidang-sidang selanjutnya akan memutuskan apakah denda atau perbaikan lain, seperti pemisahan Google, akan dikenakan. Pemerintah telah meminta "relief struktural", yang dapat berarti pembongkaran bagian-bagian bisnis Google untuk mencegah perilaku monopoli di masa depan.

Putusan pengadilan AS yang menyatakan Google sebagai monopoli memiliki implikasi yang luas bagi industri teknologi dan persaingan digital. Putusan ini menandai kemenangan bagi Departemen Kehakiman dan negara bagian yang terlibat dalam kasus tersebut, yang telah berjuang untuk mengekang kekuatan Big Tech. Masa depan Google sekarang tergantung pada keputusan pengadilan tentang hukuman yang tepat.

Tags

Review Google kasus informasi monopoli amerika amerika serikat pengadilan antitrust gugatan hukum peraturan search iklan digital sejarah teknologi

Share Artikel