istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW FILM

Godzilla Minus One – Ngeri, Emosional, dan Membumi Jadi Satu!

Aiolos   03 Jun 2024
Godzilla Minus One – Ngeri, Emosional, dan Membumi Jadi Satu!

Beda dari versi Hollywood-nya dan terasa begitu membahana. Raja para Kaiju diceritakan dengan sepantasnya di sini.

Godzilla. Kawan atau lawan? Sudah lebih dari setengah abad sejak makhluk ini pertama kali terlahir sebagai salah satu ikon eiga (film/movie Jepang) dan tokusatsu (film dengan practical special effects). Setidaknya sudah ada 33 eiga dan 5 adaptasi versi Hollywood dihasilkan dengan mengangkat cerita sang “King of the Monsters” ini.

Sementara tidak sedikit yang menganggapnya muncul melindungi manusia dari ancaman Kaiju (monster) lain yang lebih berbahaya, pada dasarnya Godzilla adalah entitas yang lahir akibat paparan radiasi nuklir, perbuatan manusia yang destruktif terhadap bumi itu sendiri. Meski sering digambarkan sebagai penolong di krisis yang disebabkan kemunculan Kaiju lain, Godzilla hanyalah berusaha menyingkirkan ancaman yang dianggap lebih besar terhadap keseimbangan alam dan mungkin tidak sedang bertarung demi umat manusia itu sendiri.

Bila tanpa adanya makhluk lain yang lebih mengancam, maka satu-satunya Kaiju tentu yang jadi ancaman. Melalui film ini, sutradara Takashi Yamazaki (Parasyte: Part 1 & 2, Stand by Me Doraemon, Space Battleship Yamato) tampak ingin mengingatkan seberapa mengerikan sosok Godzilla itu seharusnya, sekaligus mempresentasikan ulang kemunculan sang raja Kaiju menurut versinya, yang bahkan mengambil latar waktunya lebih dulu dibanding film paling pertama Godzilla.

Mengambil judul Minus One seolah terkesan menandai film kali ini seperti prekuel atau sesuatu yang terjadi sebelum yang ke-1. Akan tetapi, Minus One pada judul tersebut rupanya lebih ditujukan sebagai metafora penggambaran situasi yang melanda dalam film tersebut, dimana ini mengartikannya sebagai situasi yang bahkan lebih buruk daripada nol itu sendiri.

Bagaimana tidak? Film ini membawakan ceritanya dengan latar paska terjadinya Perang Dunia II yang menyoroti sudut pandang karakternya dari perspektif mereka yang baru saja melalui tragedi dan belum juga selesai, namun harus kembali menghadapi masalah baru yang (lebih) parah.

Koichi Shikishima (Ryunosuke Kamiki) adalah seorang pilot Jepang yang ditugaskan melakukan misi kamikaze (serangan bunuh diri) di akhir Perang Dunia II. Shikishima lolos dari maut lantaran beralasan ada masalah teknis sehingga ia harus mendaratkan pesawatnya di landasan Jepang, Pulau Odo.

Di sanalah Shikishima pun berhadapan pertama kalinya dengan makhluk yang disebut Godzilla, yang muncul secara tiba-tiba dan mengakibatkan banyak korban jiwa dengan menyisakan hanya Shikishima yang ketakutan di saat ia sebenarnya bisa menghentikan kekacauan tersebut, dan seorang Kepala Teknisi bernama Sosaku Tachibana (Munetaka Aoki) yang kontan menyalahkan Shikishima atas gugurnya rekan-rekan mereka.

Dihantui oleh rasa bersalah yang makin menjadi, Shikishima pulang ke Tokyo hanya untuk mendapati kampung halaman yang porak poranda dan orang tuanya ikut terbunuh dalam pengeboman di wilayah tersebut. Namun, di tengah situasi itu ia menjumpai seorang gadis dalam kesulitan (Minami Hamabe) bersama bayi yang dibawanya, yang kemudian ditolongnya dan tinggal bersamanya.

Perlahan mereka mulai menata hidup agar menjadi lebih baik dengan Shikishima yang telah menemukan pekerjaan barunya sebagai awak di kapal penyapu ranjau laut. Akan tetapi, jalan baginya menemukan lagi kedamaian tidaklah semudah itu sebagaimana ia dan Godzilla yang ditakdirkan kembali berhadapan.

Setelah beberapa film dari MonsterVerse keluaran Legendary Pictures tampak menjadikannya pahlawan yang hidup berdampingan dengan umat manusia, Godzilla Minus One kembali menempatkannya pada kodrat asalnya sebagai momok yang menakutkan. Horor yang diilustrasikan begitu meneror dengan pihak manusia yang masih terbatas dari segi perlawanan jika dibandingkan film-filmnya yang lebih sci-fi modern.

Bentuk yang menyeramkan didukung dengan gestur alamiahnya sebagai monster yang tak terkendali dan meninggalkan kehancuran sebagai jejaknya. Manusia dengan ketidakberdayaannya di hadapan makhluk raksasa yang hembusan nafasnya bahkan dapat meratakan seisi kota.

Namun, bukan berarti harapan sepenuhnya adalah nol. Karena seperti halnya tipikal film-film Jepang yang memiliki esensi heroik di dalamnya, film inipun tak lepas dari harapan sebagai salah satu moral yang dititipkannya, di samping dari penebusan seseorang yang bergumul dengan trauma dan rasa bersalahnya untuk dapat bangkit kembali. Dan sisi emosional drama manusia tersebut pun dikemas dengan begitu baik di sini.

Seringkali film Godzilla dinilai mengecewakan oleh karena porsi aksi sang makhluk pada judul dirasa kurang berimbang dengan spotlight drama manusianya. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah masalah kali ini. Aspek drama dan konflik dalam peran manusianya di sini justru menjadi poros yang menggerakkan ceritanya ke arah positif.

Humanis, dan menarik simpati kepedulian dari para penontonnya. Dan di sisi lain, kemunculan Godzilla meski sesekali namun berhasil meninggalkan impact cukup dalam pada tiap momennya dan bukan cuma asal lewat terhadap jalan ceritanya.

Penggunaan latar paska Perang Dunia II pun dirasa tepat untuk menciptakan kesan serius dan epik yang meyakinkan, lebih dari sekedar film bertema monster biasanya atau judul-judul Godzilla kebanyakan. Terasa serius, meski dengan tidak menghilangkan ciri atau nilai yang membuat film Jepang semacam ini masih punya klise ala anime, yang mungkin memang dimaksudkan sebagai identitas tersendiri.

Namun, penyampaian cerita termasuk nilai-nilai Jepang yang sarat, juga bersinergi secara bagus terhadap penceritaan di dalamnya dimana elemen historis seperti kamikaze yang dulu dipandang sebagai kehormatan dan patriotisme seorang prajurit Jepang, mungkin dapat mengena secara berbeda di masa sekarang.

Terlepas dari cerita yang sebenarnya tidak kompleks dan sangat membumi, presentasinya di sini amat baik dan mampu menciptakan layering yang patut diapresiasi, juga berkat akting mendukung Kamiki (Rurouni Kenshin, Your Name, Bakuman) yang meyakinkan sebagai Koichi Shikishima.

Pengemasan film secara berkualitas pun tak lepas dari iringan scoring musik yang menjiwai dan sukses mengelevasi tiap kemunculan Godzilla dan momen-momen sentimentil manusianya. Sama halnya dengan efek visual yang menghidupkan dan bahkan sukses mengantarkannya pada gelar “Best Visual Effects” di ajang perfilman dunia paling bergengsi, The 96th Academy Awards, yang mana merupakan suatu pencapaian luar biasa untuk sebuah film dari Jepang.

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, Godzilla Minus One memang sebuah film berkualitas. Lebih bagus di atas rata-rata judul Godzilla yang ada, dan termasuk salah satu film Jepang paling berkesan selama beberapa waktu terakhir. Maka, memang tidak mengherankan jika penayangannya sudah begitu dinantikan para penikmat film.

Godzilla Minus One sudah bisa disaksikan sekarang juga di Netflix.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top