Apakah kalian pernah memainkan QWOP? Kalau sudah, kemungkinan besarnya adalah kalian sudah tua dan mengenal salah satu game paling menyebalkan yang pernah ada di dunia ini. Sayangnya, walau pun QWOP sempat ikut dimasukkan Museum of Modern Art di New York City, ternyata tidak banyak orang yang mengenal nama Bennet Foddy sebagai kreatornya. Sampai pada akhirnya, beliau merilis sebuah game anyar lagi yang berjudul Getting Over It.
Getting Over It ini akan berkutat di sekitar pria botak dengan nama Diogenes yang duduk di sebuah kuali dan memegang palu Yosemite. Palu ini bisa dia gunakan untuk mencengkeram benda dan bergerak dengan sendirinya. Dengan menggunakan mouse atau touchscreen, pemain bakal ditantang untuk memindahkan Diogenes dari lembah yang sempit hingga ke wilayah kota yang penuh dengan sampah.
Permainan ini disertai dengan komentar oleh Bennett Foddy yang membahas berbagai topik filosofis. Komentar tersebut juga memberikan kutipan-kutipan yang berkaitan dengan kekecewaan dan ketekunan pada saat kemajuan yang signifikan dihilangkan oleh pemain. Jadi, janganlah merasa heran kalau dia akan memberikan berbagai respon pada kegagalan yang kalian alami.
Selain respon, Bennett Foddy juga akan menceritakan filosofi di balik Getting Over It. Bagi Foddy, Getting Over It adalah sebuah game B, dimana beliau membuat game tersebut hanya dikarenakan Foddy menyukai proses pembuatannya dan memang tidak bermaksud untuk memoles game tersebut hingga menjadi sebuah kreasi yang sempurna.
Selain itu, beliau juga mempercayai bahwa tantangan dalam kebanyakan game adalah semu, karena kalian bisa melewati semua tantangan yang disediakan dengan cara melakukan grinding, menggunakan metode yang benar, atau seiring dengan waktu saja. Nah, hal ini bakal sangat berbeda dengan game yang dia buat.
Permainan bakal meningkat dalam hal kesulitan pada saat kalian sudah semakin maju dalam mendaki gunung. Sesuai dengan penjelasan di dalam game, game ini tidak memiliki save point, tapi kalian bisa menyimpan lokasi terakhirmu dengan cara keluar dari game. Semua kesalahan atau kemajuanmu pun akan tersimpan secara otomatis tanpa terkecuali.
Kalian selalu berada pada risiko yang konstan untuk kehilangan sebagian atau seluruh kemajuan yang sudah kalian gapai. Hal ini bisa terjadi, karena game ini memasukkan berbagai hukum fisika momentum plus palu dan kontrol yang sengaja dibuat payah di dalamnya.
Selain kontrol yang payah tersebut, kalian juga akan dihadapkan dengan permukaan yang tidak selalu rata sehingga akan mempengaruhi sudut kemiringan dari kuali yang sedang kalian duduki itu dan berbagai halangan minor lainnya.
Permainan bakal berakhir ketika kalian mencapai titik tertinggi yang ada dan kemudian memasuki ruang. Sebuah pesan akan bertanya pada pemain, apakah mereka sedang merekam permainan yang mereka lalui? Bila pemain menunjukkan tidak, maka Getting Over It akan memberikan akses ke chatroom yang dihuni oleh pemain lain yang telah menyelesaikan game ini.
Sampai detik ini, kami masih berusaha untuk memanjat gunung bersalju yang menurut orang-orang adalah bagian paling sulit dari game ini. Jujur saja, kami sudah berkali-kali jadi memiliki keinginan terpendam untuk membanting iPhone yang kami gunakan untuk mencoba Getting Over It. Begitulah. Pada dasarnya, game ini memang diciptakan untuk membuat kalian jadi merasa kesal sekaligus penasaran di saat yang bersamaan.
Versi iOS dari Getting Over It memiliki tampilan yang lebih sederhana ketimbang versi PC-nya. Tapi, segala detil yang dibutuhkan tetaplah ada di dalamnya. Getting Over It dihargai US$5, sebuah harga yang sangat murah untuk masterpiece yang menyebalkan. Jadi, cobalah untuk mengunduh dan memainkannya dengan penuh kesabaran.