istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Dissidia Final Fantasy Opera Omnia, Lebih Menarik dibanding Versi Konsolnya

Andy Chan   03 Jul 2018
Dissidia Final Fantasy Opera Omnia, Lebih Menarik dibanding Versi Konsolnya

Awal tahun ini, tepatnya tanggal 30 Januari 2018, Square Enix mengeluarkan sebuah game Final Fantasy khusus untuk PlayStation 4 yang berjudul Dissidia Final Fantasy NT. Game tersebut adalah sebuah iterasi terbaru dari seri Dissida yang sebelumnya rilis di PlayStation Portable yang merupakan sebuah game pertarungan antar karakter-karakter Final Fantasy yang seru.

Di tanggal yang sama juga, mereka secara serentak mengeluarkan sebuah versi mobile dari game seri Dissidia tersebut yang mereka beri judul Dissidia Final Fantasy Opera Omnia. Dalam game ini dikisahkan ketika kegelapan telah datang dan dunia pun hancur di hadapan kita, apa yang telah menjadi tempat suaka yang aman justru telah menjadi sebuah medan perang. Di ambang kehancuran inilah datang para pahlawan dari dunia lain yang memiliki cahaya. Mereka adalah para jagoan Final Fantasy yang tentunya sudah dikenal oleh para fans, sebut saja Cloud Strife, Zidane, Tifa Lockheart, Warrior of Light, dan masih banyak lagi.

Nah, agak berbeda dengan versi Dissidia yang sebelum-sebelumnya (termasuk yang versi PlayStation 4 Dissidia Final Fantasy NT) yang menggunakan genre game arena fighting, Opera Omnia adalah murni sebuah game RPG klasik dengan sistem Conditional Turn-Based Battle di mana setiap karakter memiliki speed yang menentukan berapa kali dia bisa beraksi dalam satu turn. Sistem ini digabungkan dengan sistem Dissidia yang menggunakan sistem Bravery.

Dalam sistem Bravery, setiap karakter memiliki yang namanya Bravery stat, di mana jika mereka menyerang musuh menggunakan Bravery Attack, mereka akan merebut Bravery milik musuh dan menambahkannya ke Bravery milik mereka. Musuh tidak akan mati apabila hanya diserang menggunakan Bravery Attack saja, oleh karena itu, untuk membuat musuh kalah, harus menggunakan yang namanya HP Attack. Total Bravery yang sudah dikumpulkan oleh pemain akan dikonversi menjadi sebuah HP Attack yang bisa melukai musuh, dan kemudian siklus mengumpulkan Bravery pun diulang lagi sampai salah satu pihak berhasil dikalahkan.

Hanya karena Opera Omnia merupakan sebuah game mobile, bukan berarti game-nya menjadi dipermudah ya. Sistem yang disajikan ternyata cukup kompleks lho, ada sistem level up, sistem equipment, sistem summon macam-macam seperti Chocobo, Sylph, Shiva, dan sebagainya. Intinya sih, ada sedikit learning curve untuk menguasai secara penuh game ini, namun tetap bisa dimainkan secara casual.

Seperti yang sudah disebutkan, Dissidia Final Fantasy Opera Omnia menggunakan sistem RPG klasik, jadi pemain bisa melihat sebuah overworld map dengan sistem hexagonal di mana karakter utamamu bisa berjalan menjelajahinya. Sebuah panel bergambar talk bubble merupakan lanjutan dari kisah menarik yang diangkat oleh game ini, sementara panel battle adalah sebuah panel di mana pemain bisa melakukan battle melawan monster-monster. Apabila pemain tidak ingin melakukan battle sendiri, disediakan sistem auto battle yang cukup kompeten dalam mengalahkan musuh.

Representasi karakter dalam Opera Omnia menggunakan semi-chibi, alias karakternya tampil lebih imut dari ukuran biasanya. Baik di battle maupun di overworld map, pemain akan tetap bisa melihat karakternya yang chibi tersebut bergerak mulus. Lebih unik lagi, masing-masing karakter akan memegang senjata yang di-equip oleh mereka, jadi apabila Cloud Strife diberikan senjata kampak, maka dia akan terlihat memegang kampak.

Tidak mau kalah dengan Final Fantasy: Record Keeper, Opera Omnia juga menggunakan lagu-lagu Final Fantasy yang khas, seperti lagu Battle Final Fantasy VII ketika sedang bertarung dalam cerita Cloud, atau lagu battle Final Fantasy XIII ketika sedang menolong Hope. Tidak ketinggalan juga efek suara Final Fantasy yang khas, serta voice acting berbahasa Jepang dengan subtitle berbahasa Inggris.

Square Enix memberikan Dissidia Final Fantasy Opera Omnia secara free-to-play tanpa ada batasan permainan. Ini berarti, pemain bisa memainkan kisahnya sampai tamat tanpa dihentikan oleh sistem stamina. Asyik kan? Namun perlu dicatat bahwa game ini adalah sebuah game online dan membutuhkan mobile data yang cukup banyak. Semakin lama Anda memainkan Opera Omnia, semakin tinggi pula kebutuhan space yang digunakan olehnya.

Satu hal lagi yang penting adalah kewajiban memiliki koneksi Internet yang memadai. Apabila Opera Omnia merasa koneksimu kurang memadai atau terputus sedikit saja, maka game-nya tidak segan-segan langsung menendangmu ke layar judul. Kadang hal ini membuat frustrasi, apalagi ketika dimainkan di perjalanan yang kadang koneksinya justru tidak stabil. Untuk memitigasi masalah ini, bisa dilakukan dengan cara melakukan batch download yang ada pada setting, sehingga seluruh data di-download terlebih dahulu. Peringatan: butuh space yang sangaaat besar.

Dan yang paling keren, sama seperti Final Fantasy: Record Keeper, semua karakter yang dihadirkan di game ini, mulai dari Cecil, Edge, Terra, Shadow, Cloud, Tifa, Yuffie, Squall, Vivi, Yuna, Penelo, Hope, Sazh, dan lainnya itu bisa didapatkan hanya dengan menjalankan ceritanya saja. Tidak ada Gacha karakter sama sekali. Hal yang perlu melalui Gacha dalam game ini hanyalah senjata saja, di mana pemain bisa membeli mata uang premium berupa Gems untuk melakukan Gacha. Sebenarnya Gems ini pun sangat mudah didapatkan, tidak perlu sampai membelinya menggunakan uang asli, yang penting pemain rajin melakukan grinding saja.

Dissidia Final Fantasy Opera Omnia adalah sebuah game Final Fantasy yang sangat wajib untuk dimainkan oleh semua fans Final Fantasy. Pemain bisa bernostalgia dengan lagu-lagu battle Final Fantasy lama, mengumpulkan karakter-karakter favoritnya, dan menciptakan tim perang yang terdiri dari tiga karakter favorit sendiri. Memang belum semua karakter bisa dihadirkan secara lengkap seperti Final Fantasy: Record Keeper, namun dengan grafis modern ini boleh dibilang inilah game Final Fantasy yang mewarisi jiwa klasik game-nya. Jika kalian kebetulan kecewa dengan Dissidia versi PlayStation 4, pastikan kalian mencoba Opera Omnia yang bisa dimainkan di genggaman tangan kalian di mana saja!

Sayangnya, meskipun sebenarnya game ini sudah dirilis di Amerika dan Eropa, namun Square Enix belum secara resmi merilisnya di region Indonesia. Oleh karena itu, untuk bisa memainkan game-nya, Anda harus melalui jalur alternatif yaitu dengan meng-install APK-nya via QooApp. Untuk lebih lanjut, bisa dibaca di https://jurnalapps.co.id/cara-memainkan-game-jepang-di-android-dan-ios-11043

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top