istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
TIPS TRIK

Buka-bukaan Peluang Brand dalam Industri Esports lewat Webinar oleh UniPin Community

en19ma   30 Mar 2021
Buka-bukaan Peluang Brand dalam Industri Esports lewat Webinar oleh UniPin Community

UniPin Community kembali menyelenggarakan webinar untuk mengedukasi mahasiswa hingga masyarakat umum mengenai seluk beluk dari industri esports. Kali ini, topik yang diusung adalah “Esports: Potensi dan Peluang di Mata Brand.” Dilakukan secara daring melalui Zoom, webinar ini diselenggarakan pada hari Rabu lalu (25/3) dengan para pembicara yang telah berkecimpung secara langsung di dalam Industri terkait.

Hadir sebagai narasumber di antaranya adalah Anes Budiman selaku Channel Platform Manager di AMD, Axell Kioe selaku Strategic Planning Manager di Ogilvy, dan Robby Arianto selaku Branding & Marketing Specialist di Fantech Indonesia. Ketiganya banyak berbagi pandangan, terutama dari sisi brand yang mereka representasikan.

Sebagai awal, Axell banyak membagikan perspektif yang sebagian besarnya berasal dari sisi tren audience, “Dari data statistik, konsumen yang muda itu semakin naik. Udah 60 juta lebih. Konsumen boomers makin menurun karena spending power yang tidak konsumtif lagi. Esports itu jadi seksi, karena konsumennya banyak teridentifikasi dari Gen Z atau millenial. Mobile games, utamanya sudah menjadi hal yang sangat relevan bagi kedua audience ini, karena 70% dari mereka main game. Di sana, kita menggunakan esport atau games itu supaya connect ke mereka.”

Sebagai pelaku bisnis sekaligus fans yang sudah mengikuti perkembangan esports sejak awal, Robby juga menyebutkan dampak esports yang mempengaruhi Fantech Indonesia dalam mendekati pangsa pasar mereka, “Dulu, ketika game PC masih merajai, produk-produk yang diunggulkan dan game-game yang gencar, ya game PC. Sekarang, ketika mulai booming game-game mobile, kita mencari cara bagaimana mengkoneksikan brand PC ini dengan game mobile? Kita membaca [bahwa] para gamers tidak hanya bermain, tapi juga ingin menjadi pro-player. Kita masuk dan menyasar bukan sebatas dari game-nya. Tapi, kita pikirkan [juga] bahwa Fantech Indonesia dapat jadi jembatan untuk karir mereka.”

Selain membagikan perspektif pasar dan industri, ketiganya juga tidak ragu untuk membagi tips dan trik kepada para peserta webinar yang hadir agar tim mau pun kegiatan esports mereka bisa mendapatkan dukungan dari sponsor. Poin penting pertama, menurut Anes, adalah attitude dan manner yang terepresentasikan lewat cara pendekatan, “Banyak tim kecil yang sebenernya promising dan prominent. Memperkenalkan diri melalui proposal dan mengemasnya dengan penamaan, penulisan, tutur kata itu sangat penting. Karena, dari satu proposal itu, bisa dilihat seberapa serius si organisasi atau individu itu, apa yang ingin dia perjuangkan.”

Serupa dengan Anes, Robby juga menyebutkan bahwa poin profesionalitas juga tidak kalah krusial. Karena, brand akan sangat memperhatikan perjanjian mutualisme yang telah disepakati dan sinergi yang terjadi dalam pelaksanannya. Secara keseluruhan, mereka bertiga setuju bahwa relevansi, exposure, dan kesamaan value merupakan ukuran awal dari brand dalam menentukan pertimbangan kerjasama.

“Misal tim esport Jogja harus kelihatan [bahwa] fansnya [adalah] orang Jogja. Itu, brand, sangat tertarik. Jadi, pastikan [untuk] tahu value [dari] kamu apa dan fans kamu siapa. Lalu, building fans itu yang spesifik dan targeted. Harus jelas dan bisa dituangkan di proposal,” tambah Axell, melengkapi ulasan dari ketiganya.

Debora Imanuella selaku Senior Vice President UniPin Community menutup dengan poin lain mengenai peran fans serta komunitas dalam membuat keberadaan brand dapat lebih merasa “diterima” dalam dunia esport, “Karena, misal ada hal-hal negatif, itu justru membuat brand jadi ill feel. Mereka akan ragu [untuk] support komunitas ini, dan image gamers bisa jadi buruk. Itu bisa jadi alasan brand untuk takut masuk.”

Webinar ini sepenuhnya diselenggarakan oleh UniPin Community (Unity) yang merupakan bagian dari UniPin. Unity secara rutin menyelenggarakan webinar setiap bulan untuk mengedukasi masyarakat terkait industri esports. Semua informasi terkait aktivitas terbaru dari Unity secara resmi dapat diakses di Instagram mereka, @unipincommunity.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top