Berkurang 10%, Lembaga Keuangan yang Bangun Sistem Manajemen Fraud sendiri di Akhir 2021

Published: 17 Nov 2021, oleh en19ma

Poin-poin penting:

GBG (AIM:GBG), perusahaan teknologi global dalam bidang identitas digital, yang membantu berbagai perusahaan dalam mencegah fraud dan memenuhi syarat kepatuhan, per 15 November 2021 lalu telah mengumumkan diterbitkannya studi IDC InfoBrief “Bangun, Beli, atau Sewa: Mengevaluasi Strategi yang Efektif untuk Memerangi Meningkatnya Kejahatan Finansial dan Penipuan di Asia/Pasifik.” Lembaga keuangan (LK) di seluruh Asia-Pasifik terus menyesuaikan strategi investasi manajemen kejahatan keuangan milik mereka, antara membangun sendiri, membeli, atau menyewa. Infobrief IDC bekerjasama dengan GBG, menyusun panduan konsultatif untuk membantu lembaga keuangan guna melakukan uji tuntas dalam mempertimbangkan parameter-parameter yang penting dan mengambil keputusan uamh terkait dengan langkah solusi anti-penipuan yang harus diambil di masa yang akan datang.

GBG menugaskan IDC untuk melakukan riset pasar yang bertajuk “Next-Gen Financial Crime Management: APAC Finance, Banking, and Ecommerce,” yang melibatkan lebih dari 800 responden di 8 pasar utama di Asia-Pasifik, termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, Hong Kong, Australia, dan Filipina. Penelitian ini menemukan bahwa satu dari empat (26 persen) LK di Asia-Pasifik pada saat ini menggunakan sistem manajemen fraud originasi / aplikasi yang dibuat sendiri. Namun, kecenderungan untuk membangun sendiri ini diperkirakan akan menurun, sebab hanya 21 persen responden saja yang memilih strategi untuk membangun sistem penipuan sendiri, sisanya memilih untuk membeli atau menyewa saja.

Di Indonesia, tren penurunan membangun solusi internal sendiri ini bahkan lebih jelas terlihat. Ada sebanyak 25 persen LK di Indonesia pada saat ini yang menggunakan sistem manajemen fraud originasi / aplikasi yang dibangun sendiri. Namun, hanya 15 persen LK di Indonesia yang memilih untuk membangun sistem manajemen fraud originasi sendiri untuk mengganti sistemnya yang usang. Hal ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 10 persen, dibandingkan angka 5 persen untuk wilayah Asia-Pasifik.

Tren penurunan kecenderungan untuk membangun solusi sendiri ini juga terlihat untuk sistem fraud transaksi, platform manajemen kejahatan keuangan hulu ke hilir, solusi anti pencucian uang (AML) / kepatuhan, Know Your Customer (KYC) / solusi verifikasi identitas, machine learning / AI, serta solusi orkestrasi.

Dev Dhiman, Managing Director, APAC at GBG, menjelaskan, “Membangun, membeli, atau menyewa adalah dilema yang sejak dulu dihadapi oleh perusahaan rintisan mau pun lembaga keuangan yang sudah mapan. Masalah ini semakin mencuat disebabkan oleh pandemi yang mempercepat digitalisasi dan mengubah proses manajemen risiko fraud. Kita sekarang berada di era teknologi cerdas dan hiperkonektivitas, sehingga kompleksitas dan kecanggihan fraud serta kejahatan keuangan juga meningkat. Seiring dengan semakin mudahnya akses ke teknologi baru dan meningkatnya waktu yang dihabiskan di perangkat seluler, penipu dapat memanfaatkan taktik-taktik [yang] baru serta inovatif yang dapat membahayakan konsumen dan berbagai institusi.”

“Lembaga keuangan perlu mempertimbangkan strategi investasi manajemen kejahatan keuangan mereka dengan lebih hati-hati. Pada dasarnya, perlu adanya pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam hal sumber daya TI, skalabilitas yang cepat untuk menumbuhkan saluran dan model bisnis [yang] baru, mampu mengelola kompleksitas tipologi fraud di saat ini dan yang akan datang, serta seimbang agar dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik,” lanjut Dhiman.

Di antara LK di Asia-Pasifik yang telah membangun solusinya sendiri, sebanyak 85 persen melaporkan bahwa mereka akan mengganti sistem yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun —dan satu dari empat perusahaan menunjukkan siklus penggantian setiap 12 bulan. Di Indonesia, ada lebih banyak LK yang akan mengganti sistem internal mereka dalam jangka pendek –86 persen LK yang disurvei berencana untuk mengganti solusi yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun, sedangkan satu dari tiga LK akan mengganti sistem yang mereka bangun setiap 12 bulan. Solusi kejahatan keuangan biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menetapkan ritme deteksi dan pencegahan fraud setelah fase penerapan selesai. Organisasi biasanya akan terus memperluas pencegahan penipuan ke lebih banyak layanan atau saluran dan mengoptimalkan efektivitas akurasi deteksi penipuan serta meminimalkan friksi pelanggan. Untuk sistem yang memanfaatkan machine learning, dibutuhkan waktu untuk kembali melatih model deteksi tipologi penipuan baru. Dilakukannya pengaturan sistem inti secara berulang kali akan menciptakan kesenjangan yang membuat manajemen fraud jadi kurang efektif.

Michael Araneta, Associate Vice-President, IDC Financial Insights mengatakan, “Lembaga keuangan sekarang beroperasi di pasar konsumen yang terdigitalisasi dengan cepat, dan mereka menghadapi risiko-risiko [yang] baru dalam kejahatan keuangan dan fraud. Mereka harus merespon dengan cara [yang] baru, agar dapat merespons dengan cepat dan efektif untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi institusi mau pun pelanggannya. Untuk mencapai kecepatan dan efektivitas ini, mereka perlu mengumpulkan serangkaian solusi teknologi, keterampilan, dan kecerdasan dari mitra teknologi yang tepercaya. Pilihan untuk membangun, membeli, atau menyewa solusi ini tergantung pada bank berdasarkan kebutuhan bisnis, tetapi upaya yang diambil harus lebih intens dari sebelumnya, agar dapat mengatasi kejahatan keuangan modern dengan lebih efektif.”

GBG telah diakui sebagai salah satu dari 100 penyedia teknologi finansial teratas di dunia oleh IDC Financial Insights, Enterprise Fraud Category Leader di Chartis RiskTech Quadrant 2021, dan Best Machine Learning/AI Innovation of the Year oleh Asia Risk Awards tahun ini.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi kejahatan keuangan hulu ke hilir GBG, lakukan klik di sini.

Informasi Tambahan

Jebakan-jebakan yang mungkin ditemui dalam membangun sendiri

Metodologi Riset Pasar IDC, disusun bersama dengan GBG

Tags

news keuangan sistem management fraud studi idc GBG strategi investasi kejahatan solusi layanan penipuan trend teknologi global bank asuransi inovatif platform machine learning Artificial Intelligence bisnis perbankan e-commerce survei

Share Artikel