istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Bagaimana MLBB menjadi Esports paling Dinamis di Indonesia?

en19ma   01 Nov 2019
Bagaimana MLBB menjadi Esports paling Dinamis di Indonesia?

Tanggal 27 Oktober 2019 lalu, ratusan ribu pasang mata menjadi saksi atas perjuangan EVOS Esports yang akhirnya berhasil membawa pulang piala Mobile Legends: Bang Bang Professional League Indonesia Season 4 (MPL ID S4) setelah perjuangan mereka selalu kandas pada 3 musim sebelumnya. Perlu untuk diketahui, sepanjang sejarah MPL Indonesia dari Season 1, belum pernah ada satu tim esports yang berhasil menjadi juara gelaran bergengsi ini hingga lebih dari satu kali.

Di setiap musim, peta dunia persilatan MLBB juga berubah-ubah. Pada Season 1, gelar juara MPL ID dipegang oleh NXL setelah berhasil menekuk EVOS Esports di babak final. Kala itu, NXL bahkan sama sekali tidak dijagokan karena ada Bigetron, EVOS, dan RRQ yang bertengger di puncak klasemen Regular Season-nya.

Berlanjut ke Season 2, giliran RRQ yang mempencundangi EVOS di penghujung kompetisi yang digelar di JX International (Surabaya) itu. Meski sukses sampai di partai final, EVOS tidak termasuk favorit juara di musim ini karena ada Aerowolf yang berisikan semua mantan pemain NXL, ONIC yang menjuarai Regular Season, dan RRQ yang memang dilengkapi dengan pemain-pemain hebat di setiap lininya.


ONIC Esports Mendominasi Jalannya MPL Indonesia Season 3

Bagaimana dengan Season 3? Adalah ONIC Esports yang mendominasi jalannya MPL Indonesia sepanjang musim tersebut. ONIC dan Louvre menjadi para jagoan dunia persilatan MLBB di musim ini. Kedua tim ini selalu masuk final di 3 turnamen besar MLBB, bahkan hingga ke tingkat Asia Tenggara (MSC 2019) sekali pun. RRQ dan EVOS yang di musim sebelumnya bisa bertanding di partai final justru malah sama-sama kalah di hari pertama dari babak Playoffs MPL ID S3. Ya, Season 3 menjadi mimpi buruk bagi kedua tim tadi.

Beranjak ke Season 4, roda kembali berputar. ONIC Esports, yang benar-benar tak terkalahkan pada musim sebelumnya di berbagai kompetisi MLBB, justru malah berjalan tertatih-tatih dan melalui sekian banyak kekalahan. Aerowolf, yang memboyong semua pemain Louvre (yang sebelumnya hanya bisa dikalahkan oleh ONIC), bahkan lebih parah. Mereka bertengger di papan bawah klasemen akhir Regular Season dan pada akhirnya gagal masuk ke Playoffs. EVOS dan RRQ kembali menjadi kandidat juara, layaknya yang terjadi di Season 1. Pertandingan finalnya pun layaknya mengulang partai final MPL ID S2, namun dengan hasil yang berbanding terbalik.

Alter Ego juga tiba-tiba mencuat namanya sebagai tim kuda hitam di musim ini. Tidak sedikit orang yang beralih jadi menjagokan tim ini. Padahal, tim ini hanya berisikan 1 pemain yang namanya sudah santer terdengar sejak Season 1, yakni Imanuel “Rmitchi” Santoso. Jika berbicara mengenai pemain, hanya ada segelintir pemain yang masih eksis dan gemilang sepanjang sejarah MPL ID dari Season 1, seperti Eko “Oura” Julianto dan Muhammad “Lemon” Ikhsan. Eko bahkan sudah memunculkan namanya di MSC 2017 pada saat membela Saints Indo. Daylen dan Saints Indo, mungkin itulah dua nama yang menjadi ikon MLBB di tahun 2017 lalu. Namun, berselang 2 tahun kemudian, kedua nama tersebut sudah tidak terdengar lagi di tingkat kompetitif.


Babak Playoffs dari MPL Indonesia Season 4

Untuk yang tidak terlalu mengikuti perkembangan esports di Indonesia, hal ini jarang terjadi di dunia persilatan game lainnya. Misalnya, di Dota 2, BOOM Esports adalah nama yang selalu mendominasi pada 2 tahun terakhir ini. Lantas, di CS:GO, NXL bahkan sempat tak terkalahkan di turnamen berskala nasional selama 5 tahun berturut-turut. Sementara, di MOBA mobile sebelah, EVOS Esports yang selalu menjadi langganan untuk meraih juara. Demikian juga dengan salah satu game mobile battle royale lainnya, yang kerap didominasi oleh Bigetron Esports.

Pertanyaan besarnya, kenapa hal ini bisa terjadi? Apa yang membedakan MLBB dengan game-game esports lainnya yang ada di Indonesia?

Frans “Volva” Riyando, yang selalu menjadi langganan untuk ditanggap sebagai Shoutcaster sejak MPL ID Season 1 sampai Season 4 kali ini, memberikan komentarnya. Menurut Volva, dinamisnya esports MLBB terjadi karena banyaknya jumlah pemain dan aktifnya komunitas game ini. “Kalau saya bilang, game ini adalah game yang pro rakyat. Bukan cuma memperkuat dan memperbanyak event besar di ibukota, Moonton [dari awal] juga menghidupkan komunitas-komunitas kecil di berbagai daerah. Bahkan, komunitas-komunitas ini [juga] sekarang bisa berjalan sendiri tanpa bantuan.”


Frans “Volva” Riyando

Jika dibandingkan dengan game-game lainnya, menurut Volva, game-game tadi juga mengalami penurunan dalam hal jumlah player yang mengejar ke tingkat kompetitif. Oleh karena itu, aliran suplai pemain baru pun menjadi tersendat. “Ditambah lagi, perubahan MPL yang [menjadi] sistem franchise juga [telah] 'memaksa' tim-tim profesional yang berlaga [untuk menjadi] lebih berani dan aktif [dalam] mencari pemain berbakat karena pertaruhannya jadi lebih besar,” ujar Volva.

Veronica “Velajave” Fortuna, yang turut menjadi shoutcaster MPL ID S4 dan memiliki pengalaman sebagai shoutcaster di game lain, juga tak ingin ketinggalan dalam memberikan pendapatnya. Menurutnya, dinamisnya esports MLBB terjadi karena META-nya yang berubah dengan begitu cepat. “META MLBB cepat banget berubahnya, menurutku. Kalau pemain tidak mampu mengikuti perkembangan tersebut, mereka bisa stuck di titik yang sama. Misalnya, ONIC. Permainan mereka dari awal Season memang sudah terbaca oleh lawan-lawannya, dan mereka tidak berhasil menciptakan teknik atau pun strategi baru. Sedangkan [untuk] Alter Ego, mereka menciptakan combo baru dengan Xborg, Kimmy, atau pun Badang. Alter Ego lebih berani [untuk mengambil] resiko.”

Ditambah lagi, Vela juga memberikan pendapat yang mendukung komentar Volva tadi. “Ada juga yang memang skill-nya kebalap sama para pemain baru. Wann, misalnya. Anak baru, out of nowhere, yang [membawa] gameplay baru yang membuat banyak lawannya [menjadi] kebingungan.”


Veronica “Velajave” Fortuna

Vincent “Oddie” Indra, yang sudah malang melintang sama seperti Vela tadi sebagai Shoutcaster di beberapa game esports di Indonesia, memiliki perspektif yang berbeda dari beberapa rekan-rekannya di sini. Menurutnya, dinamisnya pergerakan dunia persilatan MLBB diakibatkan dari sejarah yang dijalani oleh para pemainnya. “Sebagian besar pemain MLBB memang mengawali karier mereka di tingkat profesional dari MLBB dan juga belum lama. Hal ini sangat berbeda dengan para pemain Dota 2 dari BOOM yang sudah bermain [selama] 7-8 tahun. Jam terbang itu membuat para pemainnya jadi lebih mudah [untuk beradaptasi]. Di game MOBA mobile satunya, banyak pemain sana yang sebelumnya bermain di game MOBA PC yang membuat mereka [menjadi] cepat [untuk] belajar dan beradaptasi. Hal ini terlihat dari R7 (RRQ) dan Phoenix (Aura), namun sedikit sekali [jumlah] pemain [yang bisa] seperti itu di MLBB.”

Mochammad Ryan “KB” Batistuta, yang setia menemani Volva menjadi Shoutcaster sejak MPL ID S1 sampai Season 4 kali ini, menjelaskan lebih detil dari beberapa kasus. “ONIC itu hampir sama kayak RRQ dulu [pada] waktu Season 1. Memang kuat, tapi pergerakan mereka sekarang sudah [bisa] dianalisis dan dibaca. Semua tim tentu saja mencoba [untuk] mencari celah dan mempelajari kelemahan tim-tim yang dianggap kuat. Semakin tinggi dan semakin [seringnya] sebuah tim [mendapatkan] spotlight, semakin banyak dan sering juga kita [jadi] diperhatikan [yang lain],” Ryan pun menjelaskan. “Kebalikannya adalah Alter Ego. Tim ini sebelumnya memang jarang [menjadi] pusat perhatian padahal perkembangan mereka [itu] pesat banget. Semakin sedikit orang yang [mengetahui tentang] Alter Ego, [maka] semakin bagus juga peluang [yang ada bagi] mereka,” lanjutnya.

Selain dari sisi pemain, Ryan juga menambahkan soal pengaruh META/patch di dalam game yang sangat berpengaruh terhadap perubahan peta persaingan esports MLBB. “Contoh, ya? Misalnya Valir, deh. Di Week 8 (Regular Season), Valir itu kuat banget yang membuatnya jadi pilihan pertama [pada] setiap kali pertandingan. Namun, di Playoffs, Valir tidak lagi [menjadi] prioritas --kecuali, [jika] tidak ada Harith atau Esmeralda-- karena perubahan patch. Perubahan ini terjadi hanya dalam kurun waktu 2 minggu [saja],” cerita KB.


Vincent “Oddie” Indra

Volva, Vela, dan Oddie juga setuju bahwa perubahan META yang cepat ini membuat esports MLBB semakin dinamis. “META-nya memang akan terus bergerak selama hero baru juga bertambah,” ujar Volva dengan tegas. Sedangkan, Oddie dan Vela memberikan pendapat yang senada. Hero-hero baru di MLBB biasanya akan lebih difavoritkan dan lebih kuat ketimbang hero-hero lama. Hal ini wajar, karena hero baru memang belum diujikan sebanyak hero-hero lama di ajang kompetitif, sehingga masih membutuhkan banyak penyesuaian. Sebaliknya, hero-hero lama menjadi kurang menarik jika tidak di-rework lagi karena segala macam strateginya sudah banyak dihafalkan.

Akhirnya, dengan begitu dinamisnya esports MLBB di Indonesia, apakah hal tersebut berdampak positif atau malah negatif untuk ekosistem kita?

Dylan Chia, MPL Indonesia Marketing Director, mengatakan, “Saat ini, kami tidak melihat dampak negatifnya. Semangat kompetitif yang tinggi itu selalu baik bagi para atlet, layaknya motto dari Olimpiade, ‘Higher, Faster, Stronger.’ Jika kita ingin sukses, kita harus berlatih keras, membangun diri, menjaga disiplin, dan mampu bekerjasama.” Di satu sisi, persaingan yang kompetitif antar pemain dan tim yang begitu dinamis ini memang menjadi satu alasan besar dari kenapa MLBB masih menjadi esports yang paling populer di Indonesia. Untuk yang menyukai sepak bola, analogi yang sama juga bisa digunakan untuk membandingkan Liga Inggris dengan liga-liga lainnya. Ibarat menonton film, kita masih bisa merasakan ketegangan pada saat menonton karena tidak ada spoiler atau apa pun semacamnya yang bisa membocorkan ending ceritanya.


Mochammad Ryan “KB” Batistuta

Volva sependapat dengan hal positif di atas. "Perkembangan esports MLBB yang begitu cepat membuat setiap turnamen dan setiap pertandingan [menjadi] tidak monoton," katanya. Ryan juga menambahkan bahwa tingginya tingkat kompetisi MLBB di Indonesia membuat kita menjadi acuan untuk aspek esports dari game ini bagi negara-negara lainnya. Salah satu contohnya, para gamer Rusia yang mengidolakan ONIC dan turut mengikuti perkembangan MPL ID. Selain itu, menurut Velajave, dinamisnya MLBB juga akan memaksa para pemainnya untuk berkembang dengan cepat. "Jadi, terpaksa berkembang itu [sebenarnya hal yang] positif juga. Tapi… ada 'tapi'-nya ini. Buat mereka yang bermental kurang, hal ini akan membuat mereka [menjadi] cepat [untuk merasa] putus asa. Ini juga tidak bagus buat mereka-mereka yang sudah mengorbankan segalanya, namun harus tersingkir [dengan] cepat…" tutup Velajave dengan penuh pertimbangan.

Apa yang disampaikan oleh Velajave tadi memang masuk akal karena tidak semua pemain yang cukup beruntung untuk bisa seperti JessNoLimit atau pun Jonathan “Emperor” Liandi yang bisa terus berkarier meski melepas predikat sebagai pro player. Lalu, bagaimana solusinya? Solusinya mungkin memang harus dikerjakan secara bersama-sama oleh semua komponen yang ada di dalam ekosistem esports Indonesia karena, selain masalah ini nyatanya selalu terjadi di semua game esports, pekerjaan besar ini membutuhkan banyak kooperasi dari berbagai pihak. Kebutuhan untuk terus bersekolah (atau berkuliah) juga harus ditanamkan atau pun bahkan diwajibkan untuk semua pro player, misalnya, bisa menjadi salah satu solusi yang bisa digarap secara bersama-sama.

MPL ID S4 dipersembahkan oleh Black Shark, smartphone gaming nomor satu yang baru saja meresmikan kehadirannya di pasar Indonesia, serta DANA, dompet digital yang aman dan terpercaya. Untuk informasi lebih lanjut, harap kunjungi https://id-mpl.com/.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top