istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW FILM

Army of the Dead, Perampokan Besar di tengah Wabah Zombie

Anduril   24 May 2021
Army of the Dead, Perampokan Besar di tengah Wabah Zombie

Zack Snyder akhirnya kembali, kali ini ia dan istri, Deborah Snyder, bekerja sama dengan Netflix membuat film zombie yang kembali mengingatkan kita pada karya perdananya di tahun 2004, Dawn of the Dead. Film tersebut merupakan adaptasi dari film berjudul sama karya, bapak film zombie dunia, George A. Romero.

Snyder yang telah pulih mencoba untuk bersenang-senang kembali, sambil menyisipkan pesan implisit terhadap Almarhumah Autumn tercinta.

Review Army of the Dead

Viva Las Vegas

Army of the Dead berkisah mengenai percobaan militer yang gagal dikawal oleh tentara Amerika. Percobaan militer yang ternyata berupa zombie tersebut akhirnya terlepas di gurun Nevada, sebuah wilayah yang dekat dengan Las Vegas.

Hasilnya tentu saja, dalam sekejap Sin City itu berubah menjadi zombie city. Banyak orang yang diserang zombie saat sedang bersenang-senang di kasino. Beberapa di antaranya digambarkan layaknya adegan Zombieland orisinil, yang penuh dengan zombie berbusana minim.

Scott (Dave Bautista) adalah seorang pasukan khusus yang terpisah lama dengan anaknya, Katie (Ell Purnell). Diceritakan, setelah wabah zombie merebak di Las Vegas, Scott menjadi seorang juru masak di sebuah restoran burger, sementara itu Katie menjadi relawan di tempat karantina. Suatu hari, Scott didatangi oleh orang penting, Bly Tanaka (Hiroyuki Sanada).

Scott kemudian ditawari pekerjaan untuk mengambil sejumlah uang di dalam brankas yang terletak di basement sebuah kasino di Las Vegas, dan ia lantas kemudian mengumpulkan tim mulai dari penembak, pilot, hingga safecracker untuk bersama-sama membobol brankas tersebut sambil berusaha agar tidak dimakan zombie.

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, pasukan berani mati ini akhirnya memasuki tanah Las Vegas. Sebuah tempat yang dipenuhi zombie dan godaan akan segepok uang untuk diambil secara cuma-cuma.

Bukan Misi yang Mudah

Walaupun dibuat terlihat mudah, siapapun yang terbiasa dengan film zombie pasti tahu kalau alur cerita film ini bakal dipenuhi dengan berbagai hal yang “fishy”. Kombinasi anggota yang banyak dan uang yang menggoda, biasanya selalu berakhir buruk di film manapun. Moral compass menjadi sesuatu yang sangat penting di film ini.

Bagaimana orang-orang ini saling tidak percaya, merasa dirinya tidak kalah penting dari yang lain, tidak saling mengenal, hingga memang karena murni urusan “politik” yang menguntungkan pihaknya sendiri, menjadi resep kehancuran utama.

Bola-bola panas tersebut terus dimainkan sehingga intrik antar karakter terlihat sangat menonjol dan menarik. Bisa dikatakan seimbang lah dengan layer utama tentang ayah-anak yang diperlihatkan oleh sang karakter utama. Walaupun layer intrik antar karakter ini bukan sesuatu yang orisinil.

Kemudian dari eksposisi karakternya ada yang memang dulunya seperti Scott yaitu semacam pasukan khusus, kemudian ada yang coba dibikin kekinian yaitu digambarkan sebagai seorang YouTuber dan ada scene terkait YouTuber ini yang menampilkan semacam kritik sosial secara halus.

Zombie yang Pintar

Bagian ini menarik, sebab pada bagian ini Zack Snyder memberikan zombie yang memiliki self-aware, emosi, dan tatanan sosialnya sendiri. Hasilnya para zombie ini bekerja berdasarkan tatanan dan kewajibannya masing-masing.

Kompleksitas yang dimiliki oleh zombie ini baru terasa di paruh kedua film yang memanfaatkan amarah dari karakter zombie-nya. Mulai dari sini kita akan segera tahu bahwa ancaman besar segera menghampiri Scott dkk.

Nah di saat ini juga lah terdapat kelemahan lainnya dari ‘Army of the Dead’. Terdapat sesuatu yang cukup tidak masuk akal ketika tahap resolusi berjalan. Ini terlihat dari salah satu karakter yang tau-tau, secara klise, terpisah dari grup tanpa dicurigai oleh anggota lainnya. Memang sih keadaan sedang chaos, tetapi tetap saja terasa aneh.

Kalau soal hal-hal gak masuk akal lebih asiknya lagi dinikmati ketika Scott dan kawan-kawan membasmi, atau diburu zombie. Asik nih, karena film gak malu-malu untuk mempertontonkan adegan yang penuh kekerasan.

Darah-darah yang muncrat, kepala pecah, hingga tulang keluar semuanya ditampilkan oleh Snyder. Terlihat dari sini Snyder memang ingin tampil lepas dalam menyajikan kekacauan zombie.

Apakah ini memuaskan? Bisa jadi belum, karena unsur aksi beroktan tingginya baru kerasa banget di tahap resolusi. Sebelum itu biasa-biasa saja. Terdapat satu sequence di mana penonton bisa mengharap sesuatu yang lebih dari jenis zombie tertentu namun kayaknya masih terasa kurang.

Kesimpulan

Dari sisi naratif maupun sinematik, kita bisa melihat dengan jelas bahwa ‘Army of the Dead’ memang menjadi panggung bagi Snyder untuk lepas.

Bebas berkreasi dan mungkin tidak ada intervensi dari studio manapun. Menghibur, meski dari awal hingga pertengahan muatan violence dan terornya masih terkesan “slow” padahal salah satu hal yang dijanjikan di awal adalah sebuah film gore yang gila-gilaan, cuman ternyata masih agak ditahan-tahan.

Justru yang lebih terasa dan berpengaruh datang dari interaksi karakter pendukungnya. Selain itu hal semacam bromance, love, friendship, rada hit and miss, membuat film ini hanya mendapatkan nilai 7 dari 10 kami. Fun sih, tapi ada banyak hal yang tidak tereksplorasi dengan benar walaupun memiliki banyak kesempatan sepanjang film.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top