Aplikasi Yik Yak Tutup Usia

Published: 30 Apr 2017, oleh en19ma

Usai sudah kiprah Yik Yak di ranah teknologi. Aplikasi mobile yang memungkinkan para penggunanya untuk mengunggah konten secara anonim (tak menyebutkan identitas) itu akan segera ditutup dalam waktu dekat.

Yang menjadikannya sebuah ironi, Yik Yak awalnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar di negara asalnya, Amerika Serikat (AS). Aplikasi mobile tersebut diklaim begitu populer oleh para pengguna yang berasal dari kalangan mahasiswa. Namun, seiring dengan berkembangnya ekspansi yang dilakukan oleh Snapchat, eksistensi Yik Yak pun mulai tergerus.

Mengatasnamakan aplikasi mobile tersebut, CEO Yik Yak, Tyler Droll, dan COO Yik Yak, Brook Buffington, pun menuliskan surat terakhir mereka kepada seluruh pengguna Yik Yak melalui blog resminya. Droll mengutarakan bahwa mereka merasa beruntung karena bisa memiliki pengguna yang bersemangat di Yik Yak.


Pendiri Aplikasi Yik Yak, Brooks Buffington dan Tyler Droll

Baik Droll mau pun Buffington tidak mengungkapkan secara pasti menyoal alasan mengapa Yik Yak harus segera ditutup. Yang bisa dipastikan, kondisi finansial dari startup ini diketahui tidak berjalan dengan mulus selama beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, pada Desember 2016, startup yang bermarkas di Atlanta (Georgia, AS) itu telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lantaran pertumbuhan yang terus menurun.

Padahal, aplikasi mobile yang telah berjalan kurang lebih selama tiga tahun itu sebelumnya sempat meraih pendanaan sebesar US$ 73,5 juta (sekitar Rp 980 miliar) dari investor papan atas. Awalnya dianggap bakal mampu menjadi pesaing bagi Facebook, Yik Yak sayangnya malah dirintangi oleh sifat aplikasinya sendiri yang mengusung konsep anonim itu, hingga membuatnya malah sulit untuk berkembang.

Ada pun informasi PHK tersebut baru didapatkan oleh para karyawan pada Kamis pagi, tanggal 8 Desember 2016, waktu setempat. Yik Yak sendiri memiliki sebanyak 50 karyawan. Akibat PHK tersebut, karyawan yang tersisa hanyalah sebanyak 20 orang. Berdasarkan keterangan dari seorang nara sumber, mereka yang terdampak PHK itu adalah karyawan yang berasal dari divisi komunitas, marketing, desain, dan produk.

Sempat Bersinar, Lalu Meredup

Yik Yak memiliki konsep update layaknya majalah sekolah. Siapa pun bisa memberikan komentar tentang sekolah atau soal apa pun secara anonim. Sifat anonim aplikasi inilah yang awalnya membuat Yik Yak jadi bertumbuh. Bahkan, setahun setelah peluncurannya, aplikasi mobile ini berhasil masuk dalam daftar 10 aplikasi mobile yang paling sering diunduh.

Begitulah. Setelah mendengar gaung mengenai Yik Yak, mahasiswa mau pun pelajar di seluruh dunia mulai mengunduhnya. Kemudian, pada November 2014, investor pun menaksir nilai yang dimiliki startup ini mencapai US$ 400 juta (atau sekitar Rp 5,3 trilyun).

Sayangnya, sifat anonim itu juga yang membuat Yik Yak jadi tempat tumbuhnya kegiatan perundungan (bullying) secara online. Banyak pengguna yang mengeluhkan hal ini. Bahkan, tak sedikit sekolah yang melarang murid-muridnya untuk menggunakan aplikasi ini atau malah langsung memblokirnya.

Meski Yik Yak telah membuat filter untuk menurunkan tingkat bullying tersebut, pertumbuhan aplikasi mobile ini terus menurun. Jumlah unduhan pun kian menurun, dan tak sebanyak di awal-awal kemunculannya lagi.

Tags

news yik yak media sosial social media aplikasi mobile

Share Artikel