88% Orang di Asia-Pasifik Percaya Teknologi Bisa Dukung Karir Lebih Baik dari Manusia

Published: 15 Nov 2021, oleh en19ma

Saat ini, banyak orang khususnya karyawan yang beralih ke robot untuk mendukung pengembangan karir mereka. Pandemi COVID-19 telah membuat orang jadi merasa kesepian dan terputus dari kehidupan mereka sendiri, menurut sebuah studi baru oleh Oracle dan Workplace Intelligence, sebuah perusahaan penelitian dan penasihat SDM.

Studi terhadap lebih dari 14.600 karyawan, manajer, pemimpin SDM, dan eksekutif “C level” di 13 negara menemukan bahwa orang-orang di seluruh dunia merasa “stuck” dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka, dan menginginkan untuk dapat kembali mengontrol masa depan mereka. Lebih dari 6.000 responden dari negara-negara Asia-Pasifik, termasuk Australia, Cina, India, Jepang, Korea, dan Singapura, telah mengikuti studi global ini.

Tenaga kerja Asia-Pasifik merasa kesepian, terputus, dan lepas kendali

Lebih dari setahun, dunia ini berada dalam masa ‘lockdown’ dan ketidakpastian yang berkelanjutan akibat pandemi, sehingga membuat banyak pekerja berada dalam gejolak emosional, merasa seperti hidup dan karier berada di luar kendali mereka sendiri, namun diketahui bahwa telah ada banyak perusahaan yang mulai memperhatikan dan mengambil langkah-langkah untuk dapat melindungi kesehatan mental dari karyawan mereka.

Orang-orang termotivasi untuk melakukan perubahan, tetapi menghadapi tantangan besar

Terlepas dari kesulitan yang dihadapi selama setahun terakhir, orang-orang di Asia-Pasifik sangat ingin membuat perubahan dalam kehidupan profesional mereka.

Karyawan di Asia Pasifik haus akan keterampilan baru dan beralih ke teknologi untuk mendapatkan bantuan

Untuk mempertahankan dan menumbuhkan talenta terbaik di tengah perubahan dinamika tempat kerja, perusahaan perlu untuk lebih memperhatikan kebutuhan karyawan dari sebelumnya dan memanfaatkan teknologi untuk memberikan dukungan yang lebih baik.

“Satu setengah tahun terakhir ini bagi banyak orang telah mengubah cara mereka [untuk] bekerja, termasuk di mana kita bekerja dan untuk siapa kita bekerja. Meski pun ada banyak tantangan bagi karyawan dan pemberi kerja, ini merupakan peluang untuk mengubah tempat kerja menjadi lebih baik,” kata Dan Schawbel, mitra pengelola, Workplace Intelligence. “Hasilnya dengan jelas menunjukkan bahwa investasi dalam pengembangan keterampilan dan karir sekarang [telah] menjadi pembeda utama bagi perusahaan karena memainkan peran [yang] penting dalam kenyamanan karyawan seperti mereka memiliki kendali atas kehidupan pribadi dan profesional mereka. Perusahaan yang berinvestasi pada karyawan mereka dan membantu mereka [dalam] menemukan peluang akan menuai manfaat dari tenaga kerja yang lebih aktif dan produktif.”

“Sejak pandemi satu setengah tahun yang lalu, pola dan model lingkungan kerja di Indonesia dan negara lainnya mengalami perubahan yang drastis baik dalam cara kita bekerja, di mana kita bekerja [mau pun] untuk siapa kita bekerja. Akibatnya, banyak karyawan [yang] mengevaluasi kembali [mengenai] apa arti dari kesuksessan bagi diri mereka sendiri, dan berusaha untuk mendapatkan kembali tali kendali agar bisa mengkontrol baik kehidupan pribadi mau pun karier pekerjaan mereka,” kata Iman Muhammad, Head of Applications, Oracle Indonesia.

“Untungnya, saat ini ada teknologi yang dapat membantu untuk memandu karyawan di perusahaan dan mereka yang ingin maju, harus siap untuk menerimanya. Bagi pelaku bisnis di Indonesia, studi ini merupakan "call to action” yang sangat jelas. Dengan memanfaatkan teknlogi yang tepat, seperti AI untuk SDM, akan membantu karyawan dalam mempelajari keterampilan [yang] baru untuk kemajuan karier karyawan tersebut, dan juga memungkinkan mereka untuk dapat sukses di lingkungan kerja masa depan,” tambah Iman.

"Kecemasan dan tingkat stres orang meningkat [di] saat mereka menemukan dan beradaptasi dengan perubahan yang tidak diketahui. Kerja jarak jauh dan interaksi fisik yang terbatas semakin membatasi pemahaman dan berbagi informasi, menghasilkan keterlibatan, kolaborasi, dan kepercayaan yang lebih rendah," kata Peter Leow, Direktur Sumber Daya Manusia, The Salvation Army International. "Robot dan AI dapat membantu [untuk] menjembatani beberapa kesenjangan ini untuk menghubungkan dan memperkuat minat dan hubungan antar sesama, meningkatkan budaya kerja melalui berbagi informasi dengan efektif. Ini memungkinkan pemberdayaan, eksplorasi, dan eksperimen dalam lingkungan yang aman dan terkendali dengan transparansi dan konsistensi untuk meningkatkan kreativitas, efisiensi, dan efektivitas!”

Sumber Informasi lainnya:

Metodolgi Survey

Temuan penelitian didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Savanta, Inc. di AS, Inggris, UEA, Prancis, Belanda, Jerman, Brasil, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Australia antara tanggal 27 Juli 2021 hingga 17 Agustus 2021. Untuk survei ini, sebanyak 14.639 (dari 6.111 berasal dari Asia Pasifik) eksekutif C-suite, pemimpin SDM, manajer, dan karyawan tetap ditanyai pertanyaan umum tentang dampak COVID-19 di tempat kerja, AI dan pengembangan karier, dan Adopsi AI di tempat kerja. Penelitian ini menargetkan karyawan tetap yang berusia 22 hingga 74 tahun. Responden direkrut melalui sejumlah mekanisme yang berbeda, melalui sumber yang berbeda untuk bergabung dengan panel dan berpartisipasi dalam survei riset pasar. Semua panelis telah melewati proses double opt-in dan menyelesaikan rata-rata sebanyak 300 poin data profiling sebelum mengambil bagian dalam survei ini. Responden diundang untuk mengambil bagian melalui e-mail dan diberikan insentif uang kecil untuk melakukannya. Hasil sampel apa pun tunduk pada variasi sampling. Besarnya variasi dapat diukur dan dipengaruhi oleh jumlah wawancara dan tingkat persentase yang mengungkapkan hasil. Dalam studi khusus ini, kemungkinannya adalah 95 dalam 100 bahwa hasil survei tidak bervariasi, plus atau minus, lebih dari 0,8 poin persentase dari hasil yang akan diperoleh jika wawancara telah dilakukan dengan semua orang di dunia ini yang diwakili oleh Sampel.

Tags

Review oracle pekerjaan Karir survei asia pacific teknologi studi kehidupan robot pandemik COVID-19 sumber daya manusia global aplikasi Workplace Intelligence

Share Artikel