istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

6 dari 10 karyawan di Indonesia Lebih Suka Fleksibilitas daripada 4 Hari Kerja dalam 1 Minggu

en19ma   24 Jun 2022
6 dari 10 karyawan di Indonesia Lebih Suka Fleksibilitas daripada 4 Hari Kerja dalam 1 Minggu

Qualtrics, perusahaan pemimpin dan pencipta kategori manajemen pengalaman (XM), mengungkapkan melalui penelitian terbarunya bahwa sebanyak 58% karyawan full-time di Indonesia lebih suka fleksibilitas sehingga bisa bekerja sesuai dengan waktu pilihan mereka daripada satu hari lebih sedikit di tempat kerja (42%). Sentimen serupa juga disuarakan oleh responden di seluruh Asia Tenggara, dengan 60% memilih fleksibilitas daripada minggu yang lebih pendek (40%). Fleksibilitas juga menjadi pendorong retensi yang lebih besar (62%) jika dibandingkan dengan empat hari kerja dalam seminggu (49%) di Indonesia.

Temuan Qualtrics akan membantu pemberi kerja agar berhasil dalam menyelaraskan program baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan dari karyawan, demi melihat adanya tren di beberapa organisasi di Indonesia yang ingin menerapkan model kerja hybrid secara permanen karena telah bekerja dari jarak jauh selama dua tahun terakhir.

Bagi sepertiga karyawan di Asia Tenggara (30%), fleksibilitas berarti memiliki kendali atas jam kerja yang mereka inginkan. Karyawan lainnya mendefinisikan fleksibilitas sebagai bekerja dari mana saja (25%), diukur dengan kinerja dan bukan jam (23%), atau dapat memilih hari kerja (15%).

Karyawan terbuka dengan gagasan empat hari kerja dalam seminggu, tetapi juga memiliki kekhawatiran

Sementara mayoritas karyawan lebih memilih fleksibilitas jika diberikan pilihan, sebanyak 83% responden di wilayah tersebut terbuka dalam hal mendukung pemberi kerja untuk menerapkan empat hari kerja dalam seminggu - sebagian besar melihat peningkatan kesehatan dan kesejahteraan sebagai alasan utama. Mayoritas responden percaya bahwa empat hari kerja dalam seminggu dapat meningkatkan keseimbangan kehidupan bekerja (84%), kesejahteraan mental (79%), dan produktivitas (80%), serta membuat mereka jadi merasa lebih setia kepada pemberi kerja (79%). Sentimen serupa juga muncul di seluruh Asia Tenggara. Sebanyak 68% responden di Indonesia juga berkeinginan untuk mengambil pemotongan gaji agar bisa bekerja satu hari lebih sedikit dalam seminggu, sedikit di atas rata-rata untuk wilayah tersebut (60%).

Meski pun berbagai uji coba empat hari kerja dalam seminggu telah terbukti memberikan manfaat - seperti peningkatan kesejahteraan di Islandia dan peningkatan produktivitas di Jepang - banyak yang percaya akan adanya akibat yang ditimbulkan dari sistem tersebut. Dua pertiga (68%) responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka akan memiliki jam kerja yang lebih lama, sementara 63% mengatakan bahwa kinerja perusahaan akan menurun, dan 55% percaya bahwa pelanggan akan frustasi. Responden dari seluruh Asia Tenggara mengungkapkan kekhawatiran yang sama.

Mengukur kinerja dan kesejahteraan dalam model kerja baru

Saat pemberi kerja memperhatikan pergeseran tersebut, dua pendorong utama dari keberhasilan penerapan cara kerja yang baru adalah memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan, dan memastikan agar karyawan tetap dapat bekerja dengan maksimal, baik di kantor mau pun secara jarak jauh.

Sebanyak 78% responden mengungkapkan bahwa pekerjaan mereka sebagai sumber utama dari tantangan kesehatan mental. Sementara responden dari Asia Tenggara dalam jumlah yang serupa mengatakan bahwa bekerja dari jarak jauh memiliki dampak yang positif (25%) dan negatif (25%) pada kesehatan mental mereka, berbeda dengan responden dari Indonesia - dengan lebih banyak responden lokal yang menunjukkan dampak positif (29% positif, dibandingkan dengan 24% negatif).

Dua pertiga (63%) responden di Indonesia merasa bahwa bekerja dengan jam kerja yang fleksibel akan berdampak negatif terhadap perkembangan karir mereka. Kombinasi dari temuan ini menyoroti pentingnya untuk memahami kebutuhan individu dalam angkatan kerja agar pemberi kerja dapat mengambil tindakan yang ditargetkan guna memastikan kebutuhan semua karyawan bisa terpenuhi.

Salah satu potensi solusi terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh model kerja yang baru adalah mengukur kinerja karyawan berdasarkan hasil dan bukanlah jam serta hari kerja, dengan sebanyak 86% responden mendukung pendekatan ini. Secara khusus, responden melihat peningkatan efisiensi, fokus, dan pembuatan lingkungan kerja yang merata secara positif sebagai alasan utama untuk melakukannya, sementara sebanyak 41% berharap untuk bekerja lebih sedikit. Mayoritas responden juga menyambut pemberi kerja yang menawarkan hari kesehatan mental berbayar dengan baik, dengan sebanyak 93% mengatakan bahwa hari tersebut akan menjadi solusi jangka panjang yang positif untuk memastikan kesehatan mental yang baik.

Untuk organisasi yang kembali memikirkan cara kerja tradisional, temuan Qualtrics mengungkapkan dampak dari perubahan yang dipertimbangkan dan diterapkan. Bersikap proaktif untuk memahami cara karyawan ingin bekerja - mempertimbangkan manfaat serta kerugian yang muncul dalam melakukannya - akan memungkinkan pemberi kerja untuk membuat keputusan yang tepat untuk memastikan pengadopsian cara kerja baru yang selaras dengan beragam kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut akan membantu dalam memecahkan masalah, seperti tantangan kesehatan dan kesejahteraan saat ini, sampai ke akar-akarnya.

“Di antara desas-desus seputar model kerja [yang] baru, pemberi kerja tidak boleh melupakan fakta bahwa apa yang benar-benar diinginkan dan dibiasakan oleh karyawan adalah fleksibilitas dalam [hal] menyesuaikan jadwal kerja mereka berdasarkan tuntutan hidup mereka,” kata Lauren Huntington, Employee Experience Solution Strategist, Southeast Asia, Qualtrics. “Semakin ke sini, kami melihat orang membuat keputusan karir dan menemukan kepuasan dalam pekerjaan mereka dengan [cara] bekerja untuk organisasi yang benar-benar memahami dan merespons kebutuhan mereka, dan di tempat mereka [ikut] merasa memiliki. Oleh karena itu, bagian terpenting [dari] setiap model kerja bukan hanya [menyoal] jam atau hari kerja - tetapi juga mampu [untuk] memahami dan, secara positif, memberikan apa yang diinginkan dan diharapkan orang untuk memastikan semua orang - termasuk pelanggan - mendapatkan manfaat dari transformasi yang sedang diterapkan.”

Tentang studi

Studi Qualtrics dilakukan pada bulan Mei 2022, dan mencakup sebanyak 3.415 responden yang berusia 18 tahun atau lebih yang bekerja secara penuh atau paruh waktu di berbagai industri di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Pertanyaan terkait empat hari kerja dalam seminggu hanya dijawab oleh karyawan yang berjumlah sebanyak 2.846 responden, dengan sebanyak 635 responden di antaranya berasal dari Indonesia.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top