istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Tumbal: The Dark Offering

Anduril   29 Nov 2016
Tumbal: The Dark Offering

Tidak banyak game horror di smartphone yang keberadaannya bisa kami anggap, karena kebanyakan dari game-game horror tersebut hanyalah menebar jumpscare secara membabi buta, tanpa diimbangi dengan gameplay yang solid dan artstyle yang memorable. Sampai pada akhirnya kami pun berjumpa dengan Tumbal: The Dark Offering karya Prospera E-Studio, atau juga dikenal sebagai PE Studio.

Sebenarnya, game ini memiliki cerita yang sangat generik untuk sebuah game horror. Tumbal: The Dark Offering bercerita tentang petualangan seorang gadis berusia sekitar 25 tahun yang mengunjungi sebuah hotel di tengah perjalanannya yang melelahkan, dan malah terjebak dalamnya. Begitulah, hotel yang dikunjunginya itu tak disangka-sangka dulunya ternyata adalah sebuah rumah tua berhantu. Terdorong oleh keinginan untuk terus bertahan hidup, kalian harus mengendalikan sang gadis untuk meloloskan diri dari hotel alias rumah tua berhantu tersebut sembari memecahkan teka-teki dan misteri yang terjadi di lokasi tersebut.

Tumbal: The Dark Offering menggunakan artstyle yang mirip dengan Limbo. Itu mengartikan bahwa kalian akan disuguhi dengan suasana yang gelap pekat sepanjang permainan dan dipenuhi dengan siluet atau bayangan seluruh obyek di sekitar kalian. Artstyle ini bagi kami merupakan langkah yang sangat cerdas untuk menghemat waktu dalam proses pembuatan asset dalam game. Karena, asset-nya jadi sangat mudah dibuat, dan ukurannya pun otomatis cukup kecil. Yep, Tumbal: The Dark Offering memiliki ukuran file yang tidak terlalu besar untuk tipe game seperti ini.

Game ini memiliki suara latar yang sangat mencekam. PE Studio menyarankan untuk menggunakan headphone saat memainkan Tumbal: The Dark Offering, dan hasilnya luar biasa. Berkali-kali, kami nyaris membanting smartphone yang kami pegang karena efek-efek suara yang ada di dalam game ini. Sangat menyeramkan sekaligus mengagetkan. Sejatinya, suara-suara tersebut merupakan petunjuk yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan musuh dan obyek-obyek menyeramkan lainnya.

Gameplay utama dari game ini adalah teka-teki (puzzle) dan penjelajahan/eksplorasi. Untuk menambah kesan menyeramkan, PE Studio tidak membekali kalian dengan senjata apa pun. Bahkan, peta/petunjuk arah juga tidak tersedia, kecuali sebatang lilin untuk menghindar dari kejaran hantu. Selain mengusir hantu, kalian juga harus menghindari musuh-musuh tertentu dengan cara bersembunyi di balik bayangan pilar. Salah satu musuh yang bisa dilewati dengan cara ini, adalah hantu atau monster gemuk yang sepertinya merupakan hibrida antara Scissorman dari serial Clock Tower dan Chainsaw Manjini dari Resident Evil 5.

Sepertinya, PE Studio lupa memberikan tutorial level yang mudah dimengerti, karena cara-cara untuk melewati musuh hanyalah bisa dipelajari dengan cara trial-and-error. Bukannya kami manja, tapi proses trial-and-error ini cukup menyebalkan, menghabiskan banyak waktu, dan kurang to-the-point. Sisi positifnya, kami sangat penasaran ketika kami tidak bisa melewati satu daerah atau musuh. Dari pengalaman kami berhadapan dengan monster hibrida di atas, kami membutuhkan kurang lebih lima kali melakukan pengulangan untuk pada akhirnya mengetahui kalau sang karakter utama bisa bersembunyi di bayangan pilar.

Tumbal: The Dark Offering memiliki alur cerita yang tersirat, untunglah berbagai dokumen yang tersebar sepanjang permainan cukup membantu menjelaskan berbagai kejadian yang terjadi di sekeliling kalian. Sayangnya, kami tidak bisa membocorkan apa saja yang telah dan bakal terjadi di Tumbal: The Dark Offering secara lebih jauh, karena kami takut jika spoiler ini malah akan menghilangkan berbagai elemen cerita yang ada di dalam gamenya.

Kalau kalian senang bermain game horror atau game yang ringan namun tetap menuntut kejelian, ketelitian, dan kesabaran dalam memecahkan teka-teki di dalam game, Tumbal: The Dark Offering sangatlah cocok untuk kalian. Level pertama dari lima level game bisa dimainkan secara cuma-cuma. Untuk memainkan empat level lainnya, kalian harus membelinya dengan harga terendah sekitar Rp15.000.

Oh, iya. Tumbal: The Dark Offering menggunakan bahasa utama berupa bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, PE Studio juga tetap menyediakan bahasa Indonesia dan beberapa gimmick yang menarik berupa pilihan bahasa daerah (saat ini, telah tersedia bahasa Jawa dan Betawi) dalam game ini.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top