istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Comix Zone, Nostalgia dari Sega untuk Generasi 16 Bit

Anduril   22 Oct 2017
Comix Zone, Nostalgia dari Sega untuk Generasi 16 Bit

Jauh sebelum kita mengenal kata online multiplayer, permainan konsol biasanya bakal dimainkan dengan cara duduk bersebelahan. Saat semua pembuat game memikirkan game yang paling ciamik untuk dimainkan berdua, Peter Moraweick malah memikirkan yang sebaliknya. Bagaimana jadinya kalau sebuah game beat ’em up dibuang struktur multiplayer-nya dan kemudian diganti dengan tampilan visual yang cadas.

Comix Zone memiliki jalan cerita yang cukup sederhana. Semua bermula dari suatu malam dimana Sketch Turner, seorang "seniman" miskin dan pemusik rock freelance yang tinggal di New York City, sedang mengerjakan buku komik terbarunya. Buku komik tersebut diberi judul Comix Zone.

Comix Zone itu sendiri bercerita tentang upaya Kekaisaran Dunia Baru untuk mempertahankan Bumi dari serbuan pemberontak alien. Inspirasi ini datang dari mimpi buruk Sketch yang kerap terulang pada setiap malam.

Pada suatu malam, saat Sketch sedang mengerjakan Comix Zone, tiba-tiba terjadilah badai petir. Sebuah petir akhirnya menyambar panel komiknya. Dari sambaran tersebut, sang penjahat utama dalam Comix Zone, Mortus, berhasil lolos dari halaman buku komik dan ingin membunuh Sketch agar bisa memiliki wujud padat di dunia nyata.

Karena dia tidak memiliki kekuatan di dunia nyata, maka Mortus akhirnya mengirim Sketch ke dunia komiknya sendiri sehingga bebas untuk mengirimkan semua musuh guna membunuh Sketch. Di dalam buku komik tersebut, Sketch bertemu dengan Jenderal Alissa Cyan, yang percaya bahwa dia adalah "orang yang terpilih" yang datang untuk menyelamatkan dunia paska apokaliptik mereka dari kejahatan Mortus. Apakah Sketch sanggup untuk mengemban tugas berat tersebut?

Bagi kami, Comix Zone adalah sebuah nostalgia yang tidak bisa kami lupakan dengan begitu saja. Di saat semua orang memberikan karakter-karakter generik berupa pria kekar, wanita cantik, robot, dan ahli gulat, maka Comix Zone malah memberikan seorang karakter yang tidak terlalu kekar tetapi memiliki berbagai gerakan beladiri top notch yang mendekati Kung Fu.

Proses port atau emulasi Comix Zone ke gawai pintar berjalan dengan cukup sempurna. Kami memang disuguhi dengan tombol-tombol virtual yang menyerupai controller stick milik Sega Genesis. Tapi, semuanya itu masih sangat bisa diterima dan mudah untuk digunakan. Apalagi, kalau kita ingat dunia gawai pintar saat ini sedang dihujani dengan berbagai MOBA analog yang memiliki banyak tombol dengan ukuran yang tidak kalah kecilnya dengan enam tombol milik Sega tersebut.

Sega memberikan layanan emulasi ini dengan gratis, asalkan kalian mau melihat iklan setiap kali hendak memainkan Comix Zone atau pun melakukan save data. Bagi kami, semua ini sangatlah adil, mengingat Sega juga menawarkan untuk membeli Comix Zone secara seutuhnya agar kalian bisa terbebas dari iklan-iklan tersebut.

Untuk urusan grafis dan musik, kalian tidak bisa banyak berharap dari Comix Zone, sebab game ini diluncurkan pada 22 tahun yang lalu. Tapi, pada zamannya, Comix Zone sempat menjadi game beat ’em up dengan grafis dan musik yang terbaik.

Penyakit kontrol yang aneh nyatanya masih ada di Comix Zone versi port ini. Kalian masih akan menemukan momen dimana Sketch bakal bergerak secara tidak sesuai dengan perintahmu. Waktu di Sega Genesis, kami bisa mengakali masalah ini dengan cara memasukkan perintah dengan seakurat mungkin. Sayang, dalam versi port ini, kalian harus berhadapan dengan tombol-tombol virtual, sehingga kalian bakal sangat sering menemukan momen dimana Sketch mengangkat satu kakinya, atau maju hingga dua kali di saat kalian hanya menekan sekali saja.

Secara garis besar, kami sangat menikmati Comix Zone. Tidak ada game yang mampu membawa kami ke era 16 bit selain Comix Zone. Game ini mungkin kurang cocok untuk anak-anak millenial yang lebih menyukai grafis gila-gilaan. Tapi, kalau kalian pernah mengetahui tentang Comix Zone, atau kalian adalah mahluk indie yang menginginkan game beat ’em up terbaik di Sega, maka kalian akan ketagihan dengan Comix Zone.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top