Seperti telah diketahui, WhatsApp melakukan langkah berani di awal tahun ini dengan menggratiskan layanannya. Sebelumnya, layanan messaging yang telah dibeli oleh Facebook di tahun 2014 lalu tersebut mengenakan biaya sebesar $ 0,99 tiap tahun bagi para pengguna yang memakainya.
Pernahkah terpikir, jika layanan yang bisa diakses melalui iOS, Android, Blackberry mau pun Windows Phone tersebut digratiskan lantas mereka mendapatkan keuntungan dari mana? Marilah kita menelaah lebih lanjut mengenai tindakan mereka yang terbilang heroik tersebut melalui artikel ini.
one billion users. couldn't be more proud of our small team doing so much in just seven years.
Posted by Jan Koum on Monday, February 1, 2016
Dari angka pengguna yang besar (mencapai 1 milyar user), WhatsApp justru tidak memungut biaya sama sekali dari penggunanya. Dibanding harus mengenakan charge sebesar kurang lebih 13 ribu rupiah pada tiap tahunnya, mereka ingin agar tiap orang dapat menggunakan layanan secara gratis.
Begitulah, keputusan menggratiskan layanan tersebut karena mereka ingin memudahkan tiap pengguna. Tidak semua orang memiliki kartu kredit, dan kebanyakan pengguna WhatsApp berasal dari negara berkembang. Oleh karena itu, pengenaan charge bagi mereka bukanlah tindakan yang menyenangkan.
WhatsApp juga tetap berpegang teguh dengan idealismenya untuk tidak menampilkan iklan sebagai sumber penghasilan. Pemikiran yang dianut mereka, iklan selalu menjadi penghalang dan tidak ramah dalam hal tampilan di gadget, seperti smartphone, tablet, atau pun komputer, bagi para penggunanya.
Sejak WhatsApp dibeli oleh Facebook, yang merupakan salah satu raksasa internet, mereka tentunya memiliki sokongan dana yang sangat kuat dari perusahaan induknya itu. Facebook pun berusaha untuk menyulap WhatsApp jadi salah satu sarana yang menghubungkan usaha/bisnis dengan konsumen.
Bagaimana bisa begitu? Jika belum mengetahuinya, LINE sempat menjalin kerjasama dengan Go-Jek dengan memberikan fitur pemesanan ojek secara langsung dari kolom chatting LINE. Kemungkinan besar, WhatsApp juga akan melakukan langkah yang senada.
Eksperimen layanan Business-to-Customer memang pernah diwacanakan oleh Jan Koum selaku CEO dari WhatsApp. Ia berharap agar WhatsApp pada suatu saat nanti juga dapat digunakan sebagai alat untuk memeriksa rekening bank, keberangkatan pesawat, dan hal-hal berguna lainnya.
Memang rencana besarnya belumlah jelas dibeberkan. Namun, itulah prediksi yang paling mungkin terjadi menyoal keuntungan yang akan datang bagi WhatsApp. Uang akan masuk pada saat pihak lain ingin bekerjasama dengan WhatsApp dan mengintegrasikan layanan mereka ke dalam aplikasi tersebut.
Sekarang, kita hanyalah tinggal menunggu saja, kapan kerjasama dengan pihak-pihak lain tersebut akan berlangsung. Entah bakal terjalin dalam jangka waktu yang dekat mau pun lama, kemungkinannya besar untuk hal itu dapat terjadi pada suatu saat. Bagaimana menurutmu?
