istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

Dalam Virtual Villagers Origins, Bangun Desamu hingga Makmur

Andy Chan   10 May 2017
Dalam Virtual Villagers Origins, Bangun Desamu hingga Makmur

Beberapa penduduk desa melarikan diri dari tanah mereka, karena telah terjadi letusan gunung berapi. Mereka kabur dengan menggunakan perahu, dan akhirnya terdampar di pinggiran sebuah pulau. Mereka pun kembali mulai membangun desa baru, dan mencoba untuk bertahan hidup dalam pulau baru, yang dinamai Isola oleh mereka.

Sayangnya, dari sejumlah kecil penduduk desa yang melarikan ini, semuanya tidak memiliki keahlian. Dan, boleh dibilang, mereka benar-benar buta mengenai cara bertahan hidup. Nah, di sinilah tugas bagi pemain untuk memberikan petunjuk bertahan hidup kepada mereka, dan memberikan cara bagi mereka untuk bisa menjadikan desanya yang dulu telah mencapai kebesarannya itu bisa kembali lagi. Begitulah inti dari game buatan Last Day of Work yang dijuduli Virtual Villagers Origins ini.

Virtual Villagers Origins menggunakan kendali sentuh ala "drag and drop." Jadi, untuk memberikan perintah kepada seorang penduduk, pemain hanyalah perlu menyentuh mereka, menggeser mereka sampai ke suatu lokasi tertentu, dan menjatuhkan mereka di lokasi tersebut. Misalnya, jika pemain ingin menyuruh seorang penduduk untuk memetik buah-buahan, maka lakukan "drag and drop" pada penduduk tersebut ke atas tanaman buah-buahan. Atau, jika ingin memerintahkan mereka untuk melakukan riset, lakukanlah hal yang sama, dan jatuhkan mereka ke atas meja riset.

Sayangnya, berhubung penduduk yang ada ini benar-benar masih tidak memiliki keahlian, mereka terkadang hanya mencoba sebentar untuk melakukan kegiatan tersebut dan kemudian malah menyerah. Jadi, pemain harus mencoba untuk memerintahkan mereka agar melakukan hal tersebut lagi. Dan, jika masih tidak bisa juga, mungkin penduduk tersebut memang benar-benar bodoh pada subjek tersebut. Sebaiknya, carilah penduduk lain yang mungkin lebih pintar.

Setiap penduduk bisa dilatih untuk melakukan halnya masing-masing, dan ada data pada halaman khusus yang menunjukkan keahlian mereka. Namun sayangnya, pemain terkadang akan menemukan seorang penduduk yang benar-benar tidak memiliki keahlian khusus. Jadi, boleh dibilang dia hanya akan luntang-lantung saja di desa tanpa memberikan kontribusi, alias pengangguran.

Selain penduduk dewasa, juga ada anak-anak kecil yang berkeliaran di desa tersebut. Anak-anak kecil ini tidak bisa diberikan perintah secara biasa, karena mereka memang masih terlalu kecil. Namun, mereka bisa diperintahkan untuk memetik jamur yang kadang-kadang tumbuh di sekitar desa. Sampai anak-anak ini akhirnya beranjak dewasa, barulah mereka bisa diperintahkan untuk memberikan kontribusi pada kemajuan desa.

Berhubung ada yang namanya umur, maka sebagai cara untuk memastikan desa tersebut agar tidak punah karena penduduknya mati semua gara-gara menua, maka mereka pun bisa menjalani dan melakukan hubungan agar memiliki anak. Caranya, pemain harus menjatuhkan penduduk pria ke penduduk wanita agar mereka bisa (maaf) bercumbu dan kemudian menghasilkan anak. Lucunya, mereka tidak bisa sembarangan untuk berhubungan dengan begitu saja, karena ada kalanya mereka tidak cocok antar satu sama lain. Ya, seperti hubungan manusia di dunia nyata saja. Ibu yang memiliki anak akan sibuk untuk mengurus anaknya sampai sang anak mulai bisa berjalan sendiri dan berkeliaran di desa, sehingga boleh dibilang pemain akan kehilangan satu penduduk produktif apabila melakukan hal ini.

Apabila pemain sudah berhasil melatih para penduduk desa dalam mengenai dasar-dasar untuk bertahan hidup, maka mereka pun bisa ditinggal untuk sementara waktu (alias mematikan app-nya) dan mereka pun akan bisa bekerja dengan sendirinya. Begitulah, ketika pemain menutup app-nya, maka poin teknologi dan makanan yang sedang dikumpulkan akan tetap berjalan sesuai dengan waktu.

Seperti yang disebut tadi, ada yang namanya poin Teknologi, yang bisa digunakan untuk membeli upgrade teknologi. Misalnya, teknologi untuk bercocok tanam. Hal ini penting, karena sumber makanan seperti buah-buahan itu bisa habis. Dan, kalau sudah habis, bisa celakalah desa tersebut apabila tidak ada sumber makanan lain.

Ada banyak misteri di pulau Isola yang harus dipecahkan oleh pemain. Dan, semua itu akan bergantung pada kemampuan pemain untuk mengatur penduduknya. Misalnya, menemukan cara untuk membongkar sumur, membangun rumah, dan sebagainya. Semua itu merupakan tantangan yang menarik untuk dijalani dalam game Virtual Villagers Origins.

Semua seri Virtual Villagers, termasuk game mobile ini, tampil dengan grafis yang sederhana namun cantik, dengan kemampuan bagi pemain untuk melakukan zoom sedekat mungkin untuk melihat seberapa menakutkannya para penduduk, yang kepalanya bisa ditengokkan hingga sejauh mungkin itu. Game-nya juga didukung dengan lagu-lagu yang menenangkan hati dan efek-efek suara yang lucu. Masing-masing penduduk juga bisa bersuara, macam "Oh" atau "Hey." Bahkan, ada efek suara ciuman ketika mereka berpelukan, yamg sayangnya tidak benar-benar dianimasikan hingga sedemikian rupa.

Sejak dahulu, serial Virtual Villagers selalu dirilis secara free-to-play. Dan, Virtual Villagers Origins ini pun tetap bisa dimainkan secara cuma-cuma. Selama bisa bersabar dalam memainkan game mobile ini, pemain tidak perlu sampai melakukan microtransaction yang ada, meski pun upgrade tersebut benar-benar membantu sekali. Seperti, memberikan bonus 2x secara permanen pada produksi makanan, membeli poin Teknologi untuk membuka teknologi baru, bahkan sampai membeli makanan. Tapi, apa serunya untuk bisa melakukan itu dengan mudah, bukan? Lagipula, ada fitur di mana pemain bisa menonton video-video iklan untuk mendapatkan bonus. Jadi, jika memang sedang terkoneksi ke Internet, manfaatkanlah fitur tersebut. Namun, jangan khawatir, Virtual Villagers Origins tidak membutuhkan koneksi Internet sama sekali untuk dimainkan.

Jika ada satu hal yang mengganggu dalam memainkan Virtual Villagers Origins ini adalah keharusan bagi pemain untuk senantiasa memeriksa keberlangsungan hidup di desa tersebut. Karena, para penduduk tersebut tidak akan bertahan lama apabila mereka kehabisan makanan. Dan, bisa jadi, ketika Anda membuka app Virtual Villagers Origins ini setelah berselang beberapa hari kemudian, Anda akan menemukan tulang-belulang yang merupakan sisa-sisa mayat dari para penduduk desa Anda. Pastinya, bakal sedih untuk melihat hal tersebut. Oleh karena itu, game-nya tidak boleh ditelantarkan terlalu lama.

Tapi, secara garis besar, game Virtual Villagers Origins ini asyik untuk dimainkan. Dan, rasanya senang bisa melihat para penduduk tersebut dapat membangun desa, dan melihat anak-anak mereka berlarian dengan senang. Jika Anda termasuk salah satu penggemar game bangun-membangun desa atau kota, cobalah Virtual Villagers Origins sekarang juga.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top