istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
istanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escortsistanbul escorts
porno izleporno izleporno izleporno izleporno izlepornopornopornopornopornopornopornoporniocoolpornpornspotsex pornosex pornosex pornosex hikayesex hikaye
REVIEW

The End of The World, Kisah Cinta Atmospheric dari Sean Wenham

Anduril   24 Mar 2017
The End of The World, Kisah Cinta Atmospheric dari Sean Wenham

Pernah memainkan Everyday the Same Dream? Game flash ini muncul di tahun 2009, dan hanya sedikit game yang sampai detik ini mampu menyamai dalamnya makna dan keindahan yang diutarakan dengan segala kesederhanaannya. Di The End of The World, kalian bakal mengalami pengalaman yang sama tapi berbeda. Berpusar pada kisah cinta yang menyedihkan, kalian akan merasakan bagaimana luka lama digali kembali sambil disirami garam dan cuka.

Bila kalian tidak sedang bersedih atau tidak mengerti tentang cinta, metafora, dan warna yang digunakan. The End of The World akan terasa seperti film interaktif sepanjang 20 menit. The End of The World bukanlah untuk orang-orang yang bahagia atau pecinta Awkarin dan Young Lex. Game mobile ini adalah sebuah metafora sekalian syair patah hati bagi orang-orang yang belum pernah belajar cara hidup setelah pudarnya cinta, dan merupakan rangkaian kisah sentimentil yang berbicara dengan lirik lagu cinta.

Seorang pria yang kehilangan cintanya berhadapan dengan depresi panjang bak kabut tebal yang menutupi jalan. Saat kembali melihat seluruh kenangan indah yang pernah terjadi, pria tersebut malah semakin depresi dan putus asa. Apakah dia bisa melewatinya?

The End of The World menggunakan mekanisme eksplorasi dan side scrolling sebagai senjata utamanya. Kalian menggendalikan pria tersebut dan bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cara menekan sudut kiri dan kanan pada smartphone kalian. Saat bergerak, beberapa elemen interaktif akan terlihat berkilauan, sehingga kalian bisa mengetahui objek mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak.

Pada beberapa lokasi, ada ikon jam yang bisa ditekan dan ditahan untuk melihat masa lalu di saat mereka berbahagia. Game mobile ini seperti berbicara kepada semua cinta yang hilang. Apakah kalian pernah melangkah di sepanjang jalan-jalan tertentu, lalu terngiang di sinilah kita pertama kali berciuman, di sinilah kita menghabiskan pesta tahun baru pertama, atau hal-hal sentimental lainnya? Semacam itulah, rasanya

Jadi, pria ini berjalan-jalan, kembali mengunjungi tempat-tempat yang menjadi memento dari saat-saat bahagia mereka, dan dia sepertinya jatuh lebih dalam ke lubang kelinci di setiap adegan barunya.

Tidak ada kemampuan untuk memilih petualangan kalian sendiri di sini. Ada awal, evolusi, dan klimaks. Ada filosofi, atau moral. Kalian juga bakal masuk lebih dalam ke penyangkalan, terus hidup di masa lalu, atau memilih untuk melanjutkan. Kehidupan setelah pudarnya cinta mungkin terlihat seperti kiamat. Ini merupakan proses yang lama, sebelum akhirnya menjadi sebuah kehidupan normal yang baru dan kalian pada akhirnya menjadi lebih kuat.

Sayangnya, game mobile ini bukanlah tentang proses pemulihan, game mobile ini hanya berisikan kesedihan yang mendalam. Jadi, bila kalian sedang tidak yakin dengan kondisi emosi kalian, ada baiknya bagi kalian untuk menunggu waktu yang tepat untuk memainkan The End of the World. Karena, game mobile ini bakal memasuki beberapa relung perasaan yang seharusnya sudah kalian lupakan.

Orang yang berada di belakang The End of The World merupakan orang yang bekerja untuk Ubisoft Reflection dan Heavy Spectrum. The End of The World merupakan proyek pribadinya yang dikerjakan di sela-sela pekerjaan tetapnya. Singkatnya, game mobile ini merupakan sebuah masterpiece yang sanggup mengoyak-ngoyak emosi. Beberapa adegan terlihat sangat artistik dan penuh dekorasi, sedangkan semua musik dalam game mobile ini sangatlah atmospheric.

Pengalaman, pesan moral, dan artwork menjadi unsur terkuat di The End of The World. Ini bukan hanyalah sebuah game mobile, ini adalah state of mind yang berdiri kuat dan menyedihkan. Dengan replay value yang nyaris nol, kalian tidak bisa memainkan game mobile ini lebih dari dua kali. Sebagai gantinya, kalian akan mendapatkan sebuah esensi seni dan makna patah hati yang menyebalkan. Tapi, itulah tujuan akhir dari seni, yaitu untuk mengatakan yang sebenarnya walau pun mungkin menyakitkan.

KOMENTAR & SHARE ARTIKEL
JurnalApps
Jurnal Apps adalah website media yang fokus dalam membahas segala hal yang berkaitan dengan aplikasi mobile. Jurnal Apps berisi informasi review, bedah produk, berita terbaru dan video aplikasi untuk mobile.
Hubungi Kami

Menara Anugrah 20th Floor - Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Lot 8.6-8.7. Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan 12950. Indonesia

+62 21 5785 3978

redaksi@jurnalapps.co.id

Find us on social media
Add Friends
To Top